Minggu, 24 Juni 2012

First Impression of Thailand

Grand Palace, Thailand
Apa sih yang lo judge kalau ada temen lo yang pergi ke Thailand? Mau operasi kelamin? Cetek ya pikirannya. Emang gue gak bisa pungkiri kalau memang Thailand kenyataannya begitu sebagai negara yang paling besar dalam sex-changed. Coba kita lihat dong dari sisi baiknya dari negara itu. Sama seperti kalimat di awal, gue juga disindir begitu. Mau ketemu lady boy, operasi kelamin, dsb. Enggak masalah sih sebenarnya, itu hanya sindirian saja, karena memang gue belum pernah ke sana saat itu.

Namun, setelah pergi ke sana apa yang gue liat? Overall, incredible. Sebagai negara Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh bangsa Eropa, Thailand memiliki magnet yang tersendiri bagi dunia pariwisata. Enggak cuma karena ada Temple/Wat saja yang menarik, walaupun itu merupakan daya tarik utama bagi negara itu.

Thailand merupakan destinasi pariwisata di Asia Tenggara yang paling ramai dikunjungi oleh wisatawan asing, bahkan Indonesia yang katanya 'tanah surga' pun, kalah pamor dengan negara gajah putih ini. Sebagai bukti klik sini. Baik, gue enggak mau panjang lebar ngebahas pemeringkatan dan kembali ke topik.
Walaupun gue anak kemarin sore yang datang ke Thailand dan pergi melancong untuk pertama kalinya ke luar negeri, harapan dan antusiasme dengan negara tetangga ini amat besar. Kenapa? Secara gue udah hidup hampir lama di Indonesia, mau tau dong namanya luar negeri dan apa yang gue dapet dari negara itu? Totally AWESOME.

Tuk-tuk driver
Coba deh kita pikir, Indonesia katanya dulu negara yang paling ramah dan selalu memberikan senyum ke setiap orang, itu dulu....fikiran gue cuma ya Indonesia, namun, Thailand ini memberikan hal yang sama bahkan lebih. Hal yang gue rasakan ketika bertanya kepada petugas di MRT/BTS stasiun, walau logat gaya bicara mereka agak sedikit 'aneh' bagi telinga gue dan berbahasa Inggris yang terdengar sengau, apabila lo bertanya jalan, pasti mereka jawab, mereka juga akan memberi peta petunjuk atau arahnya saja. Namun, apabila mereka tidak bisa menanggapi dengan bahasa Inggris, mereka tidak sungkan juga memanggil kawannya yang mampu berbahasa Inggris. 

Untuk urusan transportasi, Thailand juaranya, kok bisa? Kemarin waktu gue mau ke Grand Palace, banyak temen-temen suruh nyoba naik Tuk-tuk, tapi karena gue udah tau tipu daya sopir tuk-tuk itu, jadilah gue naik bus umum. Apa sih yang lo takutin kalau naik bus umum, terus sebagai orang asing di sana pula? Tarif, iya benar, awalnya gue juga takut kalau ini bus yang gue tumpangi menuju Grand Palace memberikan tarif yang enggak wajar alias beberapa kali lipat dari harga umum. Dugaan gue salah, sob. Beda dong ya dengan Indonesia, naik angkot ke luar daerah aja kalau kita enggak paham tarifnya pasti harganya gak wajar. Nah, naik bus di Thailand dengan bus no. 1 menuju Grand Palace hanya dikenai tarif 8 Baht walaupun gue ngasih uang ke kondekturnya 20 baht. Ebuset...Jujur banget kan?

Masih diurusan transportasi, dulu juga Bangkok yang notabene adalah ibukota negara yang terkenal macet, berkat ada MRT/BTS, all everything easy and integrated dong. Oh iya, untuk bus antar provinsi kali ya, super nyaman dan highway-nya pun super lega dan rapi, jadi selama gue melakukan perjalanan menggunakan bus di Thailand, jarang-jarang tuh gue liat ada kendaraan roda dua. Kebayang sih kalau ada bus Sumber Kencono di sana, cepetnya ampun-ampunan. Ada lagi yang menarik, waktu gue mau pergi ke Kuala Lumpur, Malaysia dari Phuket, Thailand armada busnya pun terintegrated, jadi, awalnya gue mau beli tiket bus tujuan Phuket ke Hat Yai, karena memang Hat Yai perbatasan dengan Malaysia, jadi nanti setelah gue turun dari Hat Yai, rencananya gue ambil bus tujuan Kuala Lumpur, tapi ternyata gue enggak usah repot-repot beli di Terminal Hat Yai, eh, malah ditawari di Phuket, dengan harga yang masuk akal lah. Jadi, gak perlu repot lagi.

performance "Simon Star Show" in Phuket
Selain moda transportasi yang unggul, Thailand juga memberi gambaran sebagai negara yang saling menghargai, toleransi antar masyarakatnya dan tidak saling judge. Meskipun kebanyakan dari mereka beragama Buddha. Di Stasiun Bangkok gue juga liat ada Mushola yang cukup besar bagi kaum Muslim termasuk untuk gue Solat. Karena Thailand juga terkenal ladyboy atau waria, gak ada tuh namanya dipandang sebelah mata, malah yang gue bisa ambil segi postifnya adalah, si ladyboy juga bisa berkarya, contohnya di Phuket banyak tuh kabaret yang isinya ladyboy semua, dari Simon Cabaret, Simon Star Show dan ProditShow (gue agak lupa namanya), namun enggak menutup kemungkinan juga ada yang nakal sih si ladyboy ini yang kebanyakan ada di Khao San Road. Untuk yang gay dan lesbian juga jangan tanya lagi, sepertinya Thailand memang surganya, enggak kayak negara-negara tetangganya, mungkin loh....

Dari sini, gue bisa paham arti dari membangun sarana pariwisata, termasuk dari segi warganya juga, gue enggak menyesal juga sih main ke sini. Oh iya, hampir lupa, kalau Thailand ini juga merupakan negara yang super muraaaaaaaaahhh, eh, yang murah itu kayak di Bangkok sama Chiang Mai, tapi enggak buat Phuket, soalnya naik transportasi di sana mahal, iya, gue sendirian pula! Pokoknya, Indonesia juga perlu belajar dari negara ini. Harus! Masih mau nge-judge lagi? Masih? Berkunjung dong makanya ke Thailand.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

feedback-nya, please.