Friends of mine when I was in Gili T |
Dear diary, halah...habisan sudah cukup lama enggak mengisi hari-hari lewat dunia tulis menulis di sini. Kebetulan juga tadi selesai "duduk-duduk happy ending" di goeboex bareng si Cungil, Iis, dan Eriana (cowok loh ini) sembari curhat-curhat masalah cinta gitu deh, namanya juga sama teman, ouch... :D
Ngomong-ngomong masalah teman, jadi keinget juga dengan teman jalan, ya...berhubung daku suka jalan-jalan gitu ya, ceu. Jadi, daku mau ngebahas itu aja deh malam ini.
Sering banget kalau mau jalan-jalan entah mau di luar negeri, dalam atau sightseeing keadaan kota, kalo daku sih enaknya ngajak teman, ya gak selalu juga sih si teman bisa, tapi daku tetap jalan aja, toh daku juga yang ngerasain seneng apa enggaknya. Kalau enggak ada teman?Yoben, Pokoknya daku enjoy the show, atau show must go on...
Beberapa pengalaman kalau namanya teman jalan itu kadang susah dicari, kadang teman yang biasanya main bareng alias kongkow bareng aja gak bisa, apalagi ini temen nemu atau baru ketemu di jalan, nah loh...beda kan ceritanya. Fikiran negatif pasti ada lah ya...kalau daku sih ya cuma agak jaga jarak aja dan syukurnya kebanyakan teman jalan daku asik, mungkin daku sudah punya radar si A baik si B gak kali ye...macam dukun gitu deh!pffft....
after showed performance Ramayana Ballet, nDalem Pojokusuman, Yogyakarta |
Waktu pertama kali kenal namanya dunia traveling atau penjelajahan atau apa lah itu namanya, daku emang mungkin dasarnya emang suka jalan cuma gak ada yang ngajak aja sih ya, jadi baru launch pas jalan ke Bromo, nah...inilah serunya, teman-temannya asik, ideal lagi, walau kami berlima, eh berenam ding. Bayangkan juga saat itu leader-nya seorang cewek loh, CEWEK, sisanya kami adalah cowok anak mami, yaeyalah masa anak monyet...hahahaha *hush*
Bukannya kenapa-kenapa sih ya, mungkin temenku cewek ini yang bernama Rizka sudah lebih dulu paham dalam dunia per-traveling-an dan sudah mengetahui segala macam bentuk informasi, jadi kami yang cowok tinggal ikut dah...Nah, untungnya doi juga well organized.
Beda lagi cerita pas daku pergi ke Lombok yang gak punya teman, alias solo traveler (dudu solo Jawa Tengah loh iki) yang kemana-mana harus daku sendiri yang menej segala sesuatunya. Untungnya daku pernah inget ada kawan yang tinggal di sana, kebetulan warga asli sana dan kami bertemu ketika acara waktu, alhasil ketika jalan di Lombok, gak repot-repot dong dalam biaya akomodasi dan transportasinya. Nah, waktu di Gili T pun daku seneng banget, kenapa? soalnya dari ongkos boat menuju ke Gili dan menikmati Snorkeling di sana, dibayari alias FREE. Tuh kan? Enak enggak? Belum lagi pas menginap di Gilinya, daku dikenalin dengan warga lokal di sana, eh taunya dapat tumpangan gratis tis tis lagi, ini udah include sama makannya loh. Ya cuma, bukan di guest house atau di hostel di tepian Gili sih, berbaur dengan penduduk lokal, apalagi tau sendiri kan kalau sewa penginapan di Gili harganya bikin WOW. :D
Beda cerita lagi dengan pas di Thailand, tepatnya pas di Chiang Mai, daku bertemu dengan traveler dari negeri tirai bambu alias China, memang sih doi itu asik orangnya, daku ketemu doi pas menunggu Rod Daeng di depan gerbang pintu masuk Chiang Mai University dimana di situ banyak ditemui Rod Daeng yang akan menuju Doi Suthep, karena kami mempunyai destinasi wisata yang sama, namun sayangnya penumpang yang menuju kesana hanya kami (re.Rod Daeng baru akan jalan jika sudah 10 Penumpang), maka diputuskan saja untuk sewa motor ke sana bersama doi, ceritanya sih senasib sepenanggungan juga coi. Eh, tau enggak apa yang terjadi, ketika kami traveling bersama? Doi ternyata disorientasi arah, terjadi ketika kami akan menuju Wat (lupa namanya) dengan posisi daku yang mengendari motor dan doi navigatornya, alhasil kami muter-muter terus disekitar daerah sana, tanpa dapat menemukan Wat yang dimaksud doi, sampai pada akhirnya, kita berhenti di suatu bangunan Wat yang mungkin pemerintah Thailand sendiri tidak memasukannya sebagai destinasi wisata, nah loh?
say cheers :) |
Sebelnya lagi, pas daku ingin ke Phuping Palace yang berada 6 Km setelah Doi Suthep, awalnya doi mengiyakan ingin menuju kesana bareng daku, eh di tengah jalan, apa yang terjadi?doi laper, cari makan dulu lah...oke daku turutin, dan setelah makan kami berdua menuju ke sana, eh, malah doi bertanya lagi "Where are exactly we go?" yang posisinya sudah di tengah-tengah tanjakan dengan jalan berkelak-kelok. Ingin deh ninggalin doi disitu, padahal aku kan sudah kasih tau kamuu... #drama
Cerita lain juga pernah kejadian dalam suatu perjalanan menuju perjalanan yang molor gara-gara sok taunya daku, etapi, daku juga dikasih tau jalan sama bapak-bapak ya #ngikik. Ceritanya rombongan mobil yang membawa enam orang termasuk daku niatnya ke Malang, eh malah memakan waktu di jalan karena salah jalan sih, hehe...#emaap. Cuma setelah muter ke arah yang benar entah kenapa pada waktu itu malah kebingungan masih tanya jalan ke penduduk lokal *trauma kali tanya kamu, Nu* :D, mungkin trauma kali ya, alhasil jalan yang seharusnya ke selatan malah lebih jauh karena ngambil ke utara yang berakhir malah kami berwisata ke Lamongan. hahaha...
Memorable sekali ketika daku ke Bangkok, daku bertemu dengan orang Indonesia di sana, eh, malah ditawari untuk menginap di hotel berbintang 5 dengan gratis tis tis (lagi). Orang Indonesia itu sama-sama traveler juga asli Semarang. Masa iya harus nolak rezeki, gak boleh toh?hihi...Ya ampun, di Indonesia saja daku belum pernah menginap di hotel bintang 5, ini di Bangkok lagi. Tenang, doi enggak gak melakukan apa-apa ke daku kok, dibilang daku punya penglihatan lebih tajam dari Superman #Apeu.
Nah, jadi tunggu apalagi? Jangan takut untuk jalan sendiri ke mana pun dan kapan pun, kamu pasti akan amazing kok di setiap perjalanan yang kamu lalui. Ada pepatah yang mengatakan begini "Perjalanan itu bersifat pribadi. Meskipun aku berjalan dengan kamu, akan tetapi perjalananku bukan lah perjalananmu".
Tulisan yang sangat menarik, termakasih telah berbagi.. :)
BalasHapusnamun maaf, disini saya kurang menyukai gaya bahasanya. saya merasa terganggu untuk meafalkannya. saya rasa ada baiknya jika menggunakan gaya bahasa yang tersktuktur dan menggunakan kata pengganti orang pertama sebagai aku/saya, dan kata pengganti orang ketiga sebagai dia. sehingga tidak menimbulkan kerancuan, apalagi dalam kalimat "... setelah Doi Suthep, awalnya doi mengiyakan ingin menuju ..." saya sempat bingung memaknai doi yang satu dengan yang berikutnya.
penggunaan bahasa ragam santai memang menarik, namun bukan berarti kita tidak selektif dalam menggunakan pemilihan kata. karena hal tersebut menunjukkan salah satu karakter kita. mungkin, bagi orang yang belum mengenal siapa kamu akan menilai "plis, bahasanya. dia cowo tulen kan?" *sungguh diucapkan salah satu teman saya yg membaca artikel ini*
alangkah baiknya jika cerita ini diurai secara kronologis, sehingga pembaca tidak bingung. selain itu juga, jika saya boleh saran, perlu dibuat artikel masing2 per tempat wisata. dalam artikel tsb dibahas sedetail mungkin, dan diberikan juga beberapa tips, yang bisa pembaca coba. seperti bagaimana cara berkenalan pertama kali, bagaimana mereka bisa memberikan hal2 gratis tsb, dll. agar artikel ini lebih bermanfaat dan pembaca mendapatkan point penting yang harus ia ingat selalu.
terimakasih sudah berbagi. maaf jika ada kata yang tidak berkenan, saya juga masih belajar. saya tunggu postingan berikutnya. Selamat berkarya. :)
Aseeeekk.. Blognya aktif lagi.
BalasHapusBahasanya boleh prokem sih..
Tapi kl kebanyakan pake kata "daku" kok agak gimana gituh.
Tapi over all siph dah.
Kali-kali kalau jalan-jalan ajak daku dong!
#Eh, malah ikut2an pake Daku. Hihihi :)