Rabu, 28 November 2012

Perlu Belajar Ilmu Dasar

Siang itu tepatnya hari senin (26/11) saya menanti kedatangan kereta api Fajar Utama jurusan Pasar Senen menuju Yogyakarta di stasiun kereta api Parujakan Cirebon. Sembari menunggu, ditawarilah oleh bapak loper koran, kebetulan sudah lama tidak baca koran juga, saya langsung membelinya.

Halaman pertama yang ada di surat kabar harian itu masih didominasi oleh berita politik dan ekonomi, meskipun saya tidak terlalu antusias akhirnya dibaca juga. Masih di halaman depan, saya membaca berita yang baru-baru ini santer diberitakan, bukan, bukan politik atau ekonomi, tapi bisa saja terjadi ke ranah tersebut, yaitu dengan headline "Di balik longsor Cilebut" dengan korban perusaahan yaitu PT. KAI. 

Bagi saya, topik pembahasan ini lebih saya minati ketimbang yang lain. Di situ diberitakan bahwa longsor di Cilebut merupakan kejadian yang tidak diduga, karena menurutnya tidak ada catatan longsor selama 25 tahun terakhir. Saya pikir hal tersebut adalah hal yang tidak perlu terkejut, karena itu adalah peristiwa erosi alami. Berdasarkan tempat pula daerah KM 45 berada di atas tebing sedalam 30 meter.
taken from : detik.com


Mengapa tidak harus terkejut?
Pada dasarnya longsor atau erosi merupakan suatu kejadian alami, yang membedakan adalah waktu. Apakah dipercepat atau tidak? Maksud dipercepat di sini adalah bahwa waktu kejadian longsor atau erosi ini lebih pendek dari apa yang diperkirakan, seperti berita di atas, waktu 25 tahun tanpa ada jejak rekam kejadian, adalah waktu yang sangat lama dan pada akhirnya tanah tersebut membawa material ke tempat lain dalam jumlah yang besar merupakan kejadian alam. Adanya faktor tindakan manusia adalah salah satunya mengapa lebih cepat terjadi erosi atau longsor.

Tanah merupakan suatu sumber daya alam yang patut juga dilestarikan, tidak hanya air, udara, atau pohon saja. Kita sering mengabaikan satu benda tersebut, meski dalam bidang tertentu tanah adalah suatu yang prestige. Pernahkah kita mendengar bahwa keeratannya antara atmosfer, lithosfer, hidrosfer, dan biosfer didefinisikan dalam satu kata bernama lahan? itulah ironinya, benda bernama tanah terlupa dalam kategori pelestarian atau konservasi.

Faktor lain mengapa terjadinya longsor adalah curah hujan, kepekaan tanah, kelerengan, dan vegetasi baik berupa sisa tumbuhan atau tumbuhan itu sendiri. Memasuki musim penghujan di bulan November dan selama beberapa bulan ke depan, PT. KAI atau perusahaan yang bersangkutan harus lebih siaga dalam mengupayakan kejadian seperti ini. Terlebih lagi PT. KAI dalam masa merubah kebijakan seluruh aspek, tak terkecuali infrastruktur yang berupa unit jalan dan bangunan atau usaha pelestarian sumber daya seperti tanah.

Apa saja dampaknya jika kita melestarikan tanah?
Sebagian orang masih belum mengetahui betapa berharganya kualitas dan kuantitas tanah. Bayangkan apabila perencanaan dalam pembangunan bisnis baik properti atau perkebunan atau apapun itu, resiko yang diminimalisirkan bisa diketahui dini.

Berapa banyak bahan organik yang terkandung dalam tanah sehingga membuat agregat tanah mantap dan tahan terhadap percikan hujan sehingga menurunkan resiko erosi atau longsor? Kandungan hara yang ada di dalamnya yang bisa membuat tanaman hidup?

Apabila kita pelajari lagi aspek pelestariannya, kita lebih mudah mengenali tanda-tanda bahayanya, karena dari satu sisi yang diperbaiki, maka sisi lain akan membantu sisi yang lain. Tanah tidak hanya berbentuk fisik saja, tetapi juga aktivitas biologi (mikroorganisme) dan kimia. 

Seperti yang telah dijelaskan, bahan organik yang berupa seresah, dapat memberikan efek pada sifat fisik tanah, tidak hanya itu, aktivitas organisme dalam tanah pun meningkat termasuk cacing tanah yang dapat memberikan dampak kapasitas infiltrasi terhadap air. Prinsip ini pun sama halnya dengan lubang biopori yang diberikan bahan organik di dalamnya. 

Mengingat bahwa letak Indonesia berada pada letak LU - 11°08'LS dan dari 95°'BT - 141°45'BT dan dilalui garis khatulistiwa dengan curah hujan yang cukup tinggi, membuat ancaman terjadinya longsor dan erosi masih ada. Sehingga, PT. KAI harus tanggap lebih dini dalam pelestarian lingkungan ini terutama masalah tanah.

Bagaimana memulainya?
Kapanpun kita bisa memulai dalam menjaga pelestarian atau konservasi sesuai kaidah-kaidahnya. Dimulai dengan vegetasi, mekanik atau kimia. Mengingat setiap tanah memiliki nama dan karakteristik yang berbeda pula, maka lebih dekatlah meninjau setiap tindakan konservasinya.

Dengan cara vegetasi, kita bisa memulai menanam dengan tanaman penahan seperti Vetiver  disepanjang tebing sungai atau tanaman rumput-rumputan atau perdu lainnya. Karena, akar tanaman pun dapat menahan butir-butir tanah dan membuatnya lebih stabil. Selain itu, air juga bisa ditahan oleh akar tanaman dan tersimpan dan meminimalisir air limpasan.

Selain vegetasi, adapun pembuatan dengan cara mekanis, cara ini apabila dikembangkan oleh PT. KAI dapat disesuaikan dengan keadaan rel dan medannya. Cara ini diaplikasikan agar mengurangi kecepatan aliran limpasan oleh hujan. 

Mulai dari sekarang, masihkah kita mengabaikan peran tanah yang dapat menjadi ancaman bila diabaikan? Longsor, erosi, jalan retak atau turunnya muka tanah seperti di Jakarta. Kita juga butuh kepedulian dari siapapun yang akan menggarap usaha dengan membangun bangunan di atas tanah dengan mempelajari ilmu dasar alias tanah. 

  


Jumat, 09 November 2012

Berkenalan Dengan Tanah

"Pernahkah kalian berfikir bahwa tanah itu berbeda? tahukah kamu bahwa pasir juga merupakan tanah?"

Bumi merupakan pusat di mana segala jenis makhluk hidup beraktifitas baik manusia, hewan, dan juga pohon. Tanah adalah bagian dari permukaan bumi yang berbentuk padat selain air yang mendominasinya. Di atas tanahlah, kami dapat bekerja.

Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa tanah itu memliki jenis yang berbeda. Di situlah berbagai macam gedung, area pertanian, jalan raya berdiri. Tapi, kita hanya mengetahui bahwa hanya ada satu tanah. Namun, sesungguhnya tanah memiliki berbagai macam jenis, bahkan masih ada yang belum diidentifikasi.

Sebelumnya, mari kita kenal benda bernama tanah dulu, karena tak kenal maka tak sayang begitu kata pepatah. Pikiranmu jangan jauh untuk mengenal tanah, dari berbagai sudut pandang, kita tahu bahwa tanah adalah benda yang paling bawah dan benda yang selalu dipijak oleh kaki kita. Namun, apakah kamu tahu juga kalau tanah itu berasal dari batu? Coba perhatikan baik-baik, hampir sama bukan penampakannya? Bedanya, hanya di bagian diameter dan fungsional saja. 

ilustrasi pelapukan pada bahan induk :D
 (diambil dari google search engine)
Mari kita telaah kembali, tanah berasal dari batu yang dari kebanyakan ahli ilmu tanah disebut bahan induk, bahan pembentuk atau parent material. Selanjutnya, mengapa terbentuk tanah? Karena adanya proses, memang tidak sebentar mengubah bahan induk menjadi tanah, butuh ribuan bahkan jutaan tahun, untuk ukuran 1 cm bahan induk perlu waktu 10.000 tahun mengubah menjadi tanah. Proses itu dinamakan pelapukan, hal tersebut juga mendorong adanya faktor lain pembentuk tanah, yaitu iklim meliputi curah hujan dan temperatur. Apakah sampai di sini tahapannya? Belum. Organisme dan topografi. Organisme yang dimaksudkan adalah jasah hidup yang meliputi makhluk hidup berukuran kecil sampai sangat kecil atau mikron, contohnya mikroorganisme. Pasti bertanya, mengapa organisme masuk dalam hal pembentukan tanah? Seperti kita makan, ketika makanan masuk mulut, gigi mengubahnya menjadi bagian lebih kecil kemudian masuk saluran pencernaan, di dalam usus diserap dan bakteri usus sebagai membantu metabolisme. Sama halnya dengan organisme dalam tanah, mereka membantu dalam mempercepat pelapukan ke bagian lebih kecil lagi. Lalu, topografi atau relief, ketika kamu berada di jalan yang naik-turun itulah maksudnya. Karena setiap perbedaan ketinggian tempat pula, berpengaruh dalam pembentukannya. Faktor yang terakhir, waktu, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Hal tersebut di atas tidak berlaku pada tanah gambut.

Pernahkah mendengar kata Organosol? Itu merupakan jenis tanah, dalam lingkup geografi adalah tanah yang didominasi oleh bahan-bahan organik, tapi menurut para ilmuwan tanah namanya adalah Histosols atau kita mengenalnya tanah gambut. Bukan hanya itu, adapula Spodosols, Vertisols, Andosols, Incepstisol, Entisols, Ultisols, Oxisols, Mollisols, Aridisols, Alfisols, dan masih banyak lagi. Mengapa diberi nama berbeda? karena bahan induknya berbeda. Jika sama bahan induknya, kenapa masih diberi nama berbeda? Karena berbeda topografi dan iklim. Warnanya sama, namanya berbeda? Lihat faktor pembentuknya kembali dan lalu identifikasi-klasifikasi. Satu hal lagi, proses pembentukan tanah ada dua proses yaitu proses geologi dan pedologi. Proses geologi itu seperti letusan gunung berapi yang memuntahkan material atau proses pengangkatan permukaan laut karena ada tenaga lempeng tektonik. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pedologinya seperti telah disebutkan di atas. 
tanah memiliki profile dengan warna dan sifat berbeda pula
apabila dipotong melintang (sumber: wikipedia)
Tanah memiliki butiran yang lepas-lepas, itu mengapa pasir dimasukkan ke dalam bagian dari tanah. Sebelumnya kita berfikir bahwa tanah adalah bagian yang lebih halus dari pasir, ternyata tanah memiliki tiga macam partikel utama yang berbeda yaitu pasir, debu, dan lempung. Hal tersebut dibagi karena adanya perbedaan diamteter. Tapi, krakal dan kerikil bukan masuk ke dalam bagian dari tanah. 
segitiga partikel, tanah yang telah dianalisis
disamakan persentasi kandungannya (sumber: google)
Mengapa semua itu dibedakan? Karena adanya perbedaan fungsi, karakteristik, dan sifat bagi siapapun yang memahaminya. Seperti dalam hal bidang pertanian, kesuburan sangat penting dalam meningkatkan kualitas produksi pertanian. Pembuatan infrastruktur jalan raya, penanganan kebakaran pada lahan hutan gambut. Maka dari itu, kita kenal maka kita cintai dan lestarikan sumberdaya yang ada sebagaimana mestinya. Karena, kalau bukan kita, siapa lagi?