Nampaknya, gue harus menyekip atau memindahkan tulisan gue tentang sales ngenes ke file word. Karena enggak bisa gue ceritain di sini semua atau gue menuliskannya dulu di Ms. Word lalu meng-copas-nya ke sini. Bukan karena gue males menulisnya, karena gue mau ceritakan hal yang menurut gue lebih mendalam. Apa itu?
Oke, gue akan kasih tau, bukan ngasih cerita, ya... Eh, cerita dikit bolehlah, ya... Gak konsistem gue, ya? Biar!
Jadi, tadi gue yang agak telat nonton salah satu film terbarunya Ben Stiler yang judulnya The Secret Life of Walter Mitty. Entah, kenapa gue suka gitu sama quote-nya yang dipampang di perusahaan tempat dia kerja.
"to see the world, things dangerous to come to, to see behind walls, to draw closer, to find each other and to feel. That is the purpose of life"
Gue bukan bermaksud buat review film-nya. Jadi, kenapa gue tulis ini? Karena dalam beberapa waktu dekat, gue akan pergi ke tempat di mana akses internet, sinyal telepon seluler dan hingar bingar kota akan jarang terlihat.
Di mana, Nu?
Kalimantan.
Maklum, seorang lulusan sarjana pertanian yang gue dapet belom afdol kalau belum masuk hutan, kebun, atau mungkin rimba raya. Hehe...
Kalau hubungannya dengan kutipan itu dengan keadaan yang akan gur alami adalah bahwa hidup harus dihadapi seberapapun bahayanya dan sebisa mungkin kita untuk dapat merasakannya.
Gak mudah untuk pergi ke suatu tempat yang baru dalam jangka waktu yang entah berapa lama dan meninggalkan semua teman lama yang biasanya sering kita temui setiap hari, bahkan meninggalkan keluarga, orang yang kita cintai, dan masa kekanak-kanakan gue. Ini gak seberapa berat rasanya waktu gue hijrah dari kota Cirebon ke Jogja untuk menuntut ilmu, dengan bangganya masuk UGM dan teman-teman yang idealismenya sama di kampus.
Perjalanan setelah lulus kuliahlah yang membuat gue menjadi takut untuk melangkah lebih jauh, rasanya tanggungjawab yang gue akan terima bakal lebih besar, bukan lagi gue yang harus terus-terusan diberi jatah uang bulanan sama ortu semasa kuliah, namun gue harus memikirkan juga bagaimana bisa membalas kebaikan mereka.
Memang, gue gak pernah berfikir masuk pertanian dengan program studinya ilmu tanah dan menjadi petani, tapi kenapa harus disesali? Gue sendiri yang bisa nikmati hasilnya dan gue sendiri yang harus bisa melanjutkan cita-cita gue. Gak banyak lho orang yang mau masuk kuliah di fakultas pertanian, apalagi bidang studinya ilmu tanah? Kalau gue bisa bilang, "hidup itu bukan dijalani, tapi dinikmati"
Kalimantan? Terdengar seperti yang menakutkan saat pertama kali didengar oleh orang-orang. Katanya terkenal dengan ilmu hitamnya atau apalah.... Eits, gue niatnya di sana kerja, bukan untuk nyari musuh, gue juga masih pengen nyari ilmu, sesuai dengan cita-cita gue buat bisa lanjut ke jenjang Master di Wageningen University di bidang environment science.
Yah, begitulah info yang udah gue kasih dan sedikit cerita cita-cita di masa depan. Kalau kita hanya diam saja dan memilih-milih kerjaan dan keluar tanpa alasan jelas lalu buat apa kita punya mimpi namun hanya di alam bawah sadar saja? Wujudkanlah!
P.S
Untuk Ibu, Ayah, adik gue Farhan dan keluargaku semua yang banyak membantu gue, terima kasih sebesar-besarnya. Untuk sahabat Desti, Eriana, Iis, Agung, Belgys, Yusuf dan Hario, serta rekan-rekan gue termasuk Gumay dan yang gak bisa gue sebutin satu-satu, terima kasih atas tumpangan selama gue keliling ke tempat gue dipanggil tes kerja. I owe you so much, hope you guys are success and meet again!