Senin, 26 Mei 2014

Malangku di Malang

Sebenernya, gak berat kok jadi jobseeker, sumpah, yang berat itu kalau nunggu kepastian dipanggil lagi atau kelar sampai di situ. Tapi, selama bisa dinikmati, gak masalah. Ini lagi seneng aja posting perjalan-perjalan yang menarik. Sebenernya banyak yang belum diceritain di sini, tapi nanti kalau masih mampu dan dikasih umur (halah) bakal ditulis, pastinya kalau masih inget juga.

'Ya masa, kalau lupa ditulis, hal apa yang mau diceritakan?'

'Bisa, Nu. Bisa, kamu inget-inget lagi, dong!'

'hmmm.....'

Biar sering jalan-jalan sendiri, tapi ada cerita yang bisa dibagi, gak melulu boring, kok. Sejak berani pergi-pergi sendiri dan dipaksa mandiri, jadilah seperti ini. Ada orang bilang kalau jalan-jalan sendiri itu membosankan. Gak juga. Contohnya saya, hasil jalan-jalannya menarik. Beneran loh....

Semenjak berstatus jobseeker sambil travel, saya mendeklarisikan diri sendiri sebagai jobseeking-traveler, yang intinya gagal jadi karyawan karena nggak lolos tes sana-sini, masih mujur dapet cerita konyol dan pasti teman. Lucunya, lama kelamaan males dan capek juga gak settle. Anggap belum rejekinya.

Malang,  Oktober 2013

di depan stasiun Malang
Entah tanggalnya saya lupa, namun ini adalah kali pertama saya datang mengunjungi kota Malang sendiri tanpa ada teman dan kerabat. Emang dari dulu punya keinginan buat jalan-jalan ke sini atau gak kalau beruntung bisa kerja di Malang, kesampaian juga deh meskipun cuma buat tes kerja dari PT Unilever.

Pagi-pagi sekali saya tiba di stasiun Malang, tanpa pakai itinerary tanpa banyak persiapan dan segala macamnya. Luntang-lantung nggak jelas mengamati stasiun ini, jelek. Dibanding dengan stasiun Cirebon, jauh perbedaannya. Meskipun kondisi stasiun yang begitu-deh, banyak turis domestik dengan tas gunungnya banyak ditemui di sini, semacam di film '5 cm' gitu. Mereka sedang menunggu angkutan yang akan membawanya hingga menuju Taman Nasional Semeru-Tengger.
Pendaki di depan stasiun Malang
Saya masih kebingungan juga pada saat itu, sambil mencari-cari penginepan bermodal gadget dan yang penting murah dan bisa tidur nyenyak. Tanpa panjang lebar saya memilih untuk berkeliling mencarinya dengan becak. Sebelumnya saya ditawari oleh bapak tukang becaknya " Mau pergi ke mana, mas?"

"hm..mau cari penginepan murah, pak. Kira-kira bapak bisa antar saya nggak?"

"oh, bisa, mas. Mau di daerah mana?" Sambil menyiapkan becaknya seraya bertanya kembali.

"Di deket-deket sini aja, pak. Gak usah jauh-jauh dari stasiun" karena memang saya tidak tahu daerahnya, saya mempercayakan kepada bapak tukang becaknya.

"Yaudah, mas. Mari .."

Pergi menggunakan becak ini karena menurut saya bisa sambil berkeliling dan santai. Sebenarnya si bapak tukang becak saat mengayuh berbicara tentang penginapan murah. Sambil tetap mencari juga lewat gadget, saya selalu meng-iya-kan apa yang bapak itu bicarakan. Jahat, ya? hehe...

Jahatnya saya, masih belum tega banget, kalau tahu saya dicurangi sama tukang becaknya, saya bisa lebih jahat. Tetapi karena saya mulai lelah, nanti saya lanjutkan bagian selanjutnya tentang Gairah Hotel Malang.

To be continued....