Selasa, 21 April 2015

The Journey to The East of Java: Help my Elf!

How to tell your mother if I am Alive? I am survivor!

Sebenarnya gue bilang gitu, iseng. Tetapi dalam setiap perjalanan, ada dong yang namanya 'pertahanan' tentang bertahan hidup? Sama halnya menjaga agar alam Indonesia itu tetap begitu adanya.

Gue sebagai anak kantoran, ngerasa jalan-jalan adalah dopping biar gak mampus. Banyak mereka yang jenuh dengan pekerjaannya, trus monotony lag hidupnya. Banyak dari mereka juga how to enjoy their own life. Keluarga, Teman atau Pasangan yang bisa hidup mereka stabil. Kestabilan gue, adalah jalan-jalan. Meski cuma disekitaran 'kampung' doang, maklum karyawan. 

Dimulai lagi, yuk....
Paling suka liat daerah-daerah di Jawa Timur. Selain daerahnya gak terlalu padat, potensi wisatanya juga cakep. Eh, apa gue doang yang bilang gini karena kurang piknik?

Karena jaman kuliah pernah sekali lewat Banyuwangi tepatnya TMP Baluran, apalagi di media-media mainstream banyak yang mengulasnya. Gue jadi tertarik. Kebetulan juga paket wisata yang gue ambil, udah termasuk Baluran. Makin bergairah aja dong gue?

Menariknya TMP Baluran ini karena ada satwa liarnya, banteng, kera, bahkan rusa. Sayangnya, kalau ingin mengambil fotonya, kita harus sedikit usaha lebih untuk mengambilnya dari jarak dekar atau punya kamera dengan lensa jarak jauh. 

Bayangkan jika berada di sana? Luasnya berkali-kali lipat dari lapang bola. Bahkan lebih luas dari bandara Soekarno-Hatta di Jakarta. Sebagai traveler pemula, apa salahnya mencoba berfoto ria di antara luasnya padang rumput di ujung timur Jawa ini. 

Nggak cuma rombongan open trip rombongan gue aja, ternyata di sana juga ada beberapa rombongan lain yang sama-sama asik berfoto. Padahal, kalau ada rencana ke sana lagi, feel adventure yang keren itu pakai jeep. Sayangnya, rombongan gue pakai elf pariwisata. Kesan adventure bareng rombongannya emang nggak ada, tertinggal hanya fun-nya saja. 

Ngomong-ngomong tentang elf pariwisata ini, ada lagi hal yang tidak terduga. Namanya juga manusia hanya punya rencana, Tuhan yang menentukan. Iya nggak, sik?

Selepas pergi dari padang savana nan luas, sekitar pukul 17.00. Memasuki kawasan perdu tanpa adanya cahaya lampu penerangan, jelaslah! Namanya juga di alas. Dengan kecepatan mobil  yang lambat, semakin meninggi juga  bulan purnama dan gelap. Hanya sesekali kendaraan yang lewat juga melintas untuk pergi pulang. Tiba-tiba elf yang kami tumpangi membentur batu di bagian bawahnya. Dalam hati "semoga nggak seperti yang sebelumnya ini elf jadi mogok". Lagi-lagi bermasalah dengan kendaraan kami. Di antara kegelapan malam, nggak ada lampu, bahkan sinyal provider pun nggak ada. Pasrah! Jam menunjukkan pukul 7an malam itu. Gila kan elf gue? Jalannya sampai 2 jam, itupun belum sampe depan pos TMP Baluran. Beruntungnya, elf saat itu kembali normal, meski berjalan semakin pelan karena harus berhati-hati. Ketimbang bermalam di hutan? Bakal ada acara sinetron ala-ala MASALEMBO. 

Sebenarnya estimasi pada waktu itu, kami sudah sampai pukul 21.00 di guest house wilayah Taman Nasional Meru Betiri. Kenyataannya, pukul 9an malam, kami baru sampai pos TMP Baluran dan...ganti elf pariwisata.

Jadi, pertanyaannya.
1. Pukul berapa gue sampai Guest House?
2. Apa yang gue renungkan?
3. Berapa orang yang sudah makan malam?
4. Sudah lelah dengan pertanyaan di atas? Apalagi gue yang jalaninnya? 


Kita lanjutkan besok.... 😂😂😎
Pasti lebih seru!