Well..well..welcome back hi fellas! Udah lama aja ya rasanya nih gak absen di dunia blogger, setelah sekian lama saya padet jadwal #halah. Tapi iya deh seriusan saya padet dengan jadwal penelitian sebagai mahasiswa penunggu hujan, ini bukan kata-kata kiasan ;)
“Hah?! Penantian juga, Nu setelah 10 bulan lamanya dari Maret-Desember” sahut seorang kakak tingkat ke saya, memang saya menunggu proyekan penelitian ini mengabarkan kabar beritanya.
Desember ini, seharusnya saya bisa pulang kampung atau berlibur bersama keluarga, ah sayangnya itu Cuma harapan sih, but so far buat masa depan juga, saya me-skip waktu-waktu itu, ya lagi-lagi penantian 10 bulan itu yang buat geregetan telah kunjung tiba dan menjadi alasan utamanya sih.
Eitz…jangan salah juga nih, walaupun terkekang karena penelitian tapi saya bisa mencuri kesempatan walau hanya beberapa hari. Perjalanan Yogyakarta-Cepu memang tidak begitu lama dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dengan jalan yang wuih…’lumayan’ membuat sepeda motor terlihat kasihan, coba dia bisa ngomong ya, pasti “Haduh masbro, jalannya gak ada yang lebih ‘mulus’?”. Tapi saya salut dengan kendaraan yang saya bawa ini, kendaraan beroda dua yang saya beri nama pa-ijo ini dengan 100 cc dan rakitan tahun 2000 ini mampu menerjang dan sering membawa saya kemana-mana. Oke, kembali lagi dengan perjalanannya, walaupun Cepu itu merupakan sebuah kota Kecamatan di Provinsi Jawa Tengah, namun untuk dilaluinya yang saya masih terheran-heran ya..kita harus masuk ke Provinsi Jawa Timur jika dilalui dari Selatan (dari Jogja) kemudian kita masuk kembali ke Jawa Tengah, menarik bukan? Cepu ini juga merupakan daerah perbatasan JaTeng-JaTim gitu.
Jawa ternyata masih ada yang saya belum ketahui, tapi ada juga daerah di pulau Jawa ini yang masih unik. Nah, balik lagi dengan masalah lain yang saya belum ketahui baik tentang daerah ini yaitu Cepu. Nah, kalau kita denger Cepu pasti kita masih hangat ditelinga kita tentang desas-desus daerah ini yaitu “BLOK CEPU” karena banyak menyimpan sumber daya alam terutama apalagi kalau bukan Nyakk…Minyaaak! :p . Nah, ketika saya sampai di daerah ini dan bertemu dengan orang asli sana dengan sekedar bercakap-cakap ala kadar dan sok tahunya, haisshh…ternyata yang dimasalahkan tentang BLOK CEPU itu karena instalasinya power plant (bahas kerennya) berada di Kabupaten Bojonegoro, yang notabene merupakan wilayah Jatim, disini letak masalahnya, daerahnya di Bojonegoro tapi masuk regional Cepu. Ah…sudahlah, saya juga tidak mau banyak mengusut lebih dalam tentang masalah ini, takut kelihatan prihatin juga.
Memang sih Cepu terdapat tempat pelatihan minyak dan gas bumi dan pusatnya memang disini, daerahnya juga lumayan besar untuk sebuah kota Kecamatan, dengan hiruk pikuknya sampai 24 jam yang katanya kota kabupatennya saja tidak sampai seperti kehidupan di Cepu. Etapi, uniknya lagi nih ya…setiap warung kelontong disini walaupun jaraknya berdekatan satu sama lain, mereka menjual bensin eceran, yang sama-sama berjejer, nah ketika si paijo ini kehausan yang memang tidak terbiasa membeli ‘minum’ eceran buru-buru saya mencari SPBU terdekat, pikirku “ini gudang minyak, pasti banyak juga SPBU-nya sama halnya dengan penjual bensin eceran” tapi…. Setelah berkeliling-keliling disitu, ternyata dugaan saya salah, saya bahkan menemukannya setelah bertanya-tanya dengan penduduk lokal dan ternyata SPBU-nya tidak banyak, ya…sekali lagi mungkin ini hanya sebuah kota Kecamatan dengan penampilan SPBU-nya pun yang ‘biasa’ saja. Ironis ya, bagaimana dengan daerah-daerah lain seperti Indramayu? Balikpapan? Dll.
Terlepas dari permasalahan itu, saya masih menikmati suasana Cepu ini, dibawanya saya oleh Pak Joko seorang penduduk asli Cepu untuk menikmati nuansa malam disini. Disebuah warung makan yang menyajikan masakan asli sini yaitu nasi tahu tempe telur, ya terdengar seperti penyetan namun ketika melihat penampilannya ini tidak jauh berbeda dengan nasi lengko asli Cirebon, namun yang berbeda adalah dominasi bumbu kacang yang ditaburi diatas irisan tempe, tahu, telur, dan kol. Hmmm..yummy!
Ah, walaupun Cepu ini tidak begitu terdengar istimewa namun, ada beberapa lagi yang membuat saya berkesan, ternyata Cepu ini tidak ada alun-alun besarnya dimana biasanya alun-alun merupakan tempat berkumpulnya para warga untuk sekedar mencari udara segar atau menikmati malam layaknya di Kota Jogja, tapi Cepu ini terdapat simpang tujuh dimana adanya taman yang panjang dan disitulah letak keramainnya, ada beberapa permainan anak seperti kereta-keretaan dengan model karakter mickey mouse, mobil-mobilan, kolam bola dll. Selain itu, ada juga yang menjajakan dagangannya. Konon, taman ini merupakan hibah dari seorang tokoh daerah untuk Cepu. Di taman ini saya mencoba kopi khas Cepu ini, yang diberi nama oleh penduduk lokal kopi kothok, meski namanya agak terdengar tabu namun kopi ini istimewanya adalah kopi bubuk dan gula dimasukkan ke dalam rebusan air mendidih, bukan ketika air yang sudah matang lalu kopi diseduh di cangkir. Kopinya kental dan hitam pekat, dan tidak lupa juga para penjualnya yang ayu tenaaan dan berkulit putih, cah! J
Sayangnya, ini hanya beberapa hari saja saya menikmati di Cepu, selebihnya saya siap ke lapangan untuk memenuhi kewajiban saya sebagai mahasiswa penunggu hujan yang merupakan mahasiswa tingkat akhir, sebenarnya sih gak jauh juga dari Cepu, yaitu masih di satu kabupaten namun beda kecamatan, yaitu Randublatung. Terdengar tidak familiar, iya memang, namun taukah kamu jika di sini juga ada yang istimewa, yaitu adanya suku Samin. Mari isi penelitian dengan liburan, #eh :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
feedback-nya, please.