Sebelumnya, sebelum artikel ini diangkat, sang penulis telah bertambah usianya pada tanggal 22 Juni kemarin yang genap berusia (maaf, umur tidak bisa kami tampilkan :D).
Sehari setelah hari ulang tahun saya, pada tengah malam ini saya akan menceritakan makna ulang tahun itu sendiri menurut pendapat saya. Sembari mengevaluasi dan mengasah diri ke arah yang lebih baik tentunya.
Jujur yang namanya ulang tahun atau milad atau birthday di mata saya memiliki definisi yang agak sedikit aneh. Saya sendiri entah mengapa merasa agak 'brigidik' aja mendengar kata ulang tahun yang notabene biasa dirayakan oleh orang-orang terlebih para remaja yang menantikan sweet 17th-nya dengan begitu antusias karena mereka fikir dengan menginjak umur segitu, mereka dapat bertindak secara 'dewasa' menurut mereka. Namun bagi saya yang sudah menginjak kepala 2 (ehm..terbilang remaja belum ya?), memaknai dan mendengar ulang tahun saja kadang-kadang memiliki rasa takut, walau banyak mereka memberi ucapan selamat kepada saya melalui media sosial dan direspon dengan ucapan "Terima Kasih/Makasih/Thx" disertai kata "Amin..".
Berdasarkan pengalaman, ketika saya muda alias masih imut-imut (sekarang juga masih :p) perayaan ulang tahun itu menjadi suatu yang harus dirayakan bagi....orang tua saya. Pada kenyataannya, entah pemikiran saya yang terlalu dewasa atau bagaimana pada saat itu berfikir "kok mau-maunya ya si ibu dan ayah capek-capek buat ini buat itu belum tumpengan dan buat bolu dan segala macamnya hanya untuk perayaan satu hari?" mungkin orang psikologi anak berfikir bahwa orang tua itu ingin membahagiakan anaknya dengan cara perayaan ulang tahunnya. Namun, ketika kecil saja saya sudah berfikir demikian, apalagi disaat usia saat ini.
Berbeda lagi ketika masa-masa sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Heran saja saya melihat banyak teman-teman merayakan atau memang sengaja dirayakan dengan mengguyur teman mereka yang berulang tahun dengan air dan melumuri dengan tepung terigu bahkan dengan telur ayam yang dipecahkan ke tubuh si orang yang berulang tahun. Saya bahkan ketika SMA lebih parah, digiring ke sawah karena memang tak sadar dan digotong oleh beberapa teman untuk diceburkan ke kubangan lumpur di tanah sawah, namun gagal juga karena saya melawan dan teman saya menjadi korban dan terluka, namun yang pada akhirnya saya disiram oleh air. Oh, come on guys, it's not kinda joke, emang senang ya orang yang di-bully ringan karena ulang tahun? Not, kamu pikir sendiri deh, itu pakaian siapa coba yang nyuci? Terus, enggak kasihan apa dengan rasa malu yang ditanggung kalau rumah teman yang berulang tahun jauh? Ya, kecuali si yang berulang tahun itu memang muka badak, bahkan saya pun gak malu waktu itu, cuma ya kasihan juga kan, walaupun dikerjainnya hanya setahun sekali.
Saya pun setelah menginjak fase dewasa (umur loh ini ;p) ini, ya walaupun tadi juga ada surprise kecil-kecilan dari sahabat sekaligus teman, tetap saja saya punya fikiran dan rasa yang aneh saja. Bagi saya, perayaan ulang tahun yang bisa saya sikapi adalah hari biasa dimana kita yang pada masa lampau, tepat dilahirkan pada tanggal yang sama ke dunia ini sudah diberikan tanggung jawab oleh Tuhan sang pencipta, bahkan pada saat ruh kita 'ditiupkan'. Memang, beberapa ada teman dan saya pun akui masih diberi dan memberi ucapan ulang tahun, yang inti ucapannya adalah 'best wishes', oke saya bisa terima. Tetap saja terdengar ganjil juga di telinga, entah saya punya rasa phobia dengan perayaan ulang tahun atau mendengar 'best wishes' atau entahlah namanya apa itu.
Hal yang ganjil dari perayaan ulang tahun saya ini, berdasarkan opini yang ada di polo saya beberapa diantaranya:
1. Orang berulang tahun menandakan umurnya berkurang, jatah hidupnya kita kan siapa sih yang tau, jadi jangan ngasih ucapan semoga panjang umur, hey...Tuhan kan udah kasih jatah umur sekian dan sekian, bisa-bisanya sih kasih wishes seperti itu, kalau mending masih beberapa tahun lagi, nah, kalau kamu pas ngucapin itu eh, beberapa jam kemudian meninggal. Nah loh?
2. Dari jaman jebot mungkin sampai akhir kali ya, kenapa si orang yang berulang tahun dimintai traktiran? Jadi, best wishes kamu itu ada iming-imingnya gitu? Ya walaupun ada sih yang nanggapinnya cuma becanda, cuma saya tetap gak paham aja sih. Ulang tahun = Pesta = Makan-makan. Kalau mau ditraktir kan kalau ya dia emang tajir mampus, nah, sama aja buang uang juga bukan? Itu mending uang buat beramal aja sih menurut saya, ya tapi jangan juga gembar-gembor kalau mau ngasih amalnya, percuma dong!
3. Ibu atau bapak yang punya anak yang berulang tahun, mending enak tuh kalau anaknya diajari rasa syukur aja, masih diberi kasih sayang dan punya orang tua yang utuh, syukur-syukur bisa kenalan dengan lingkungan asrama atau panti. Intinya ajarin 'liat ke bawah' ya ibu-ibu...bapak-bapak...
4. Adik-adik yang masih bersekolah, namanya tindakan bullying itu tetap saja bullying, mungkin bullying dalam konteks ulang tahun berbeda ya, si yang ulang tahun seneng si pelaku bullying ya senang. Cumaaaaa...kok, kamu mau-maunya buang-buang tenaga buat ngerjain temen sih. Itu loh, tenaga pemuda buat bangun desa atau nolong ortu aja kadang gak dipake, mau jadi apa sih. Nah, si korbannya juga jangan senang dan cengar cengir juga, kalau kamu juga merasa mau dikerjain, mbok ya...bilang tegas aja sih "saya tidak suka" kalau perlu mata kamu melotot deh, biar agak galak sedikit. Kamu kasihan bukan sama si pembantu atau Ibu kamu, dia-dia itu loh yang nyuci. Kamu?
Walau ini hanya berlaku personal dan pendapat saya, saya juga memang masih belajar ke arah yang lebih baik, itu semua kembali ke pribadi orangnya. Saya lebih menyikapi pendewasaan, evaluasi, merasakan rasa syukur sepanjang masa, berfikir terbuka, dan belajar lebih dekat dengan Tuhan. Itupun bisa kita lakukan setiap hari, jadi kenapa kita harus merayakan dan mengucapkan perayaan ulang tahun? :s
P.S terima kasih ucapannya, kok kalian mau sih ngasih ucapan ke saya? Saya aja menyikapi biasa saja pada ulang tahun saya. Kamu kok yang repot ya?
setuju point nomer satu, hha ,. keep writng mas! :p
BalasHapusyoi xing..haha
Hapus