Jumat, 30 Mei 2014

Malangku di Malang: Belum Berakhir!

Masih Malang di Bulan Oktober 2013

"Lapar!" 
Bukan cuma perut yang protes untuk diisi nasi, tapi juga 'lapar' kepingin jalan-jalan lagi, seharusnya kali ini bisa memilih angkutan yang wajar dalam urusan uang. Ingat! Saya juga di Malang berniat ikut proses seleksi perusahaan bukan sepenuhnya jalan-jalan. Kalau gagal tesnya, baru jalan-jalan, deh! Hail Malang!

Sebagai jobseeking-traveler, sudah seharusnya saya menceritakan kesan jalan-jalannya di manapun saya mengikuti tes daripada  memberikan info tips dan trik tes di perusahaan X atau Z. Kalau mau cari, coba buka di Kaskus lebih komplit ketimbang di sini. Tepatnya masuk ke [Forum] buka [Bisnis] lalu [Dunia kerja & Profesi]. Penuh dengan tanya-jawab beberapa kaskuser tentang beberapa perusahaan di sana. Kalau malas buka, gimana mau dapet rezeki. Rajin-rajinlah kau, kisanak!

Balik ke topik pembicaraan yang harus segera diselesaikan. Tujuannya di sini adalah tes dan tidak banyak waktu untuk berleha-leha, maka dari itu selepas mandi, saya pergi menuju keluar penginapan mencari sarapan. Sayangnya, di sekitar sana nggak ada penjual makanan, namun yang saya temukan adalah semacam toko roti dan makanan kudapan tepat di samping penginapan. Tidak ingin ambil pusing karena takut mati kelaparan, saya membeli satu buah roti bantal, snack Taro, air mineral dan air teh dalam kemasan, dan satu bungkus rokok. 

Waktu terus menghantui saya dan berlari begitu cepat,  saya kembali menuju kamar dan memakan makanan yang saya sudah beli tadi. Beberapa menit kemudian saya sudah siap menjelajah lokasi tes. Karena tes diadakan keesokan harinya, jelaslah saya harus paham lokasinya tersebut. 

"Sep, kalau mau ke Un-Braw dari stasiun naik apa?" Pesan lewat BBM yang saya tanyakan, sambil jalan menyusuri jalan Kahuripan untuk sekedar sightseeing saja. Di sana saya melihat beberapa kafe dan resto yang masih tutup. Mungkin, karena masih pagi juga nampaknya. 

"Kamu udah di Malang, Nu"
"Naik ADL aja, itu nanti turun di belakang UB, kok" 
"Kamu sama siapa ke sana? Ikut tes apa?" Tiga pesan masuk secara berurutan masuk dari teman saya.

"Berapa emangnya tarif angkotnya, Sep?"
"Iya, kita (saya. red) mau tes di deket UB lokasinya"
"Iya, sendiri" Mencirikan bahwa pengguna BBM atau aplikasi obrolan lainnya, selalu membalas dalam tiga atau mungkin lebih pesan yang sangat pendek. Begitu pula saya menjawab Asep ini. Bayangkan jika latah menjawabnya melalui SMS yang selalu dikenakan tarif reguler. Enggak berbeda sih untuk tarif, tapi jaman sekarang sudah sering menggunakan paket data internet untuk berhubungan dengan yang lain, meskipun pulsa kosong. Nah, deh ketahuan saya kalau sering gak punya pulsa. Hehe....

"Paling 3-4ribu"
"Yawes, sukses" 

"Sip, thank, Sep" tutup saya.

Karena mepet, bukan berarti saya puas menjelajah di sekitaran Tugu Malang. Suatu saat, saya kembali lagi ke sini, pasti!

Berjalan sambil mencari angkutan umum berlogo 'ADL' seperti apa kata Asep tersebut nampaknya agak sulit atau memang belum beruntung dapat yang kosong. Saya berhenti di depan korem tentara AD di sana untuk mengawasi angkot yang lewat situ. Satu-dua-hingga-5-menit kok gak nongol-nongol, ya? Terpaksa berjalan lebih jauh, deh. Sial ini angkot.

Itu angkot ADL, kayaknya. Dalam hati berbicara. Benar, ternyata! Mendakati angkot itu dan melihat, wow, kosong! Akhirnya pucuk dicinta angkotpun 'ngetem'. Benar, angkot ini karena baru saya saja yang masuk dan ada di dalamnya, saya menunggu lagi. Kali ini lebih lama dari sebelumnya saya menunggu. Lebih lama daripada menemani cewek berbelanja pakaian, pokoknya. Udah gitu, dandannya lama, pula. Aku harap karena di angkot sendirian, sesekali supirnya curhat gitu kan bisa lebih hangat. Sayangnya, enggak! Hih!

Beberapa menit menunggu jalannya angkot, tapi kok nggak ada orang yang masuk, ya? Hati saya bertanya-tanya. Kayaknya kota di Jawa Timur bikin sial terus setiap kali dikunjungi atau saya yang punya masalah, ya? Tapi, dugaannya benar adanya. Karena belum dapat penumpang lainnya di dalam mobil, tiba-tiba angkot berjalan pelan, pastinya saya berucap syukur, eits...belum bergerak jauh, ada wanita paruh baya dengan perawakan agak gemuk dan berwajah Indonesia bagian timur memberhentikan angkot dengan motornya. Saat itu saya nggak tau percakapan yang berlangsung, tapi rupanya ada tawar-menawar harga. Jreng jreng! Masalah saya apa, ya Tuhan! 

"Mas, mau ke UB, kan?" tanya sopir angkot yang pada saat awal saya masuk dia menganggukan kalau angkot ini akan menuju ke UB

"Iya, mas" Jawab saya dengan kebingungan karena tiba-tiba bertanya kembali dan akhirnya sopir angkot ini memulai pembicaraan dengan saya. Terima kasih, ya Tuhan! Bentar, k-o-k?

"Pindah angkot yang lain aja ya, mas. Soalnya mau disewa" Kata dia

Jawab:
"...oh, oke.." sambil senyum lalu turun dari angkot itu

Kenyataan:
SIALAN! ANJIS. RUGI WAKTU. *^(^(&% ARRRRGH!!!!TUHAN ADA APA DENGAN SAYA?!

Namun pada akhirnya, saya mencari angkot yang sama menuju tempat lokasi tes dengan tanpa disuruh keluar atau dioper.


Malamnya di Malang: Kamar No 9

Kembali pada sore hari setelah kesialan yang menimpa saya dan di kamar inilah saya memulai malam. Masih ingat dalam tulisan sebelumnya, kalau kamar sebelah dari kamar ini adalah kamar yang sangat tidak layak dihuni. Kosong dan nampak banyak jaring laba-laba menggantung di atap-atap kamar. Spooky, though?

Ritual, kali ini ritualnya. Iya. Ritual. Berupa...Makan malam! hehe...

Tenang. Mari kita menghela nafas sebentar apa yang akan terjadi di-samping-kamar-bernomor-9. 


to be continued...

Cetak-Miring-garis-bawah:
Bahasa Cerbon: kita = saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

feedback-nya, please.