Senin, 02 November 2015

What a year can do

Selamat malam!

Kebetulan lagi rebahan, terus iseng buka blogger. Gak taunya, ada yang pingin di-share. Sengaja, karena yang di-share-nya tentang satu tahun gue bekerja di salah satu perusahaan perbankan syariah. Sayang banget kalau gak dikasih kesan berupa cerita-ceritanya.

Kalau dulu pernah sempat galau-galau gue belum gawe dan belum dapet apa-apa, sekarang gue dapet dan ternyata satu tahun itu gak berasa, ya? Meskipun kerjanya bukan merupakan passion-nya gue. Toh, gue bisa jalaninya selama satu tahun ini. Satu tahun ini juga gue gak banyak berharap banyak lagi di perusahaan ini. Tentang karir, gaji, dan jobdesk-nya. 

Hal tersebut bukan yang akan gue ceritain juga, sih. Seorang teman pernah bilang, bukan apa yang telah kamu dapat, tetapi apa yang udah kamu berikan. Intinya, hidup itu melalui prosea keseimbangan, antara memberi dan menerima. Sayangnya, gue lebih banyak menerima daripada memberinya, deh. Hehe...


Satu tahun.

Bukan waktu yang singkat kalau terus menunggu dan juga waktu yang lama. 

Tepatnya, di tanggal 3 November 2014 gue masuk kantor sebagai anak baru, diajari dan diberikan ilmu-ilmu yang belum gue pelajari sebelumnya. Pada waktu itu memang agak awkward dengan teman-teman kantor yang sudah lebih senior, meski umurnya tidak beda jauh. Posisi yang gue terima pada saat itu adalah staff akad. Agak kesusahan juga terkait apa yang harus gue pelajari. Selalu begitu, kalau gue tidak mencintai pekerjaannya itu. Perlu extra belajarnya dan extra sabar buat yang ngajarinnya.

Berangkat pukul 7.00 pagi dan pulang pada jam yang tidak tentu, kadang larut kadang sore. Padahal sempet gue kira, kalau pulangnya bisa pada pukul 17.00, sama kayak bokap gue balik gawe pada waktu itu. Pernah juga pulang di jam sore, itupun pas bulan puasa. Jalani aja. Toh gue yang dapet gajinya ditambah ada uang lemburannya, kan?

Lalu, gue suka memperhatikan beberapa temen-temen kantor yang unik bahkan ada pula yang menyebalkan. Terima saja, bukannya selalu bertemu setiap hari? Kerjasama itu bukannya bisa menutupi satu sama lain? Dan kesalahan-kesalahan yang dibuat bukannya untuk saling bisa memaafkan dan belajar lebih? Karena gue pun tidak luput dari sekumpulan team yang demikian juga, sik. Pernah salah, pernah nyebelin, pernah aneh, dan pernah bersama-sama membuat prestasi. Sekali-kali berbangga boleh kali, ya?

Karena sudah setiap hari bertemu, terkadang ada rahasia yang tidak bisa tertupi. Bahkan, salah satu temen kantor gue bilang "tembok aja bisa dengerin kalau lagi ada rahasia" :)


Alhamdulillahnya gue yang suka hobi jalan-jalan, bisa kesampean juga pergi-pergi yang sempat diimpikan, ijen dan Penang. Kenapa gue bisa bilang begitu? Kayaknya bakal lain cerita lagi nantinya. April dan Agustus. Baru sadar gue ternyata bulannya diawali dengan huruf vokal A. Coincident? 

Terus...terus...it's silly to tell it, the first thing I really want that had have Credit Card. So, I got it and the first stuff I could bought was iPhone 5C. Shallow! :)) 

Banyak cerita dan banyak sudah gue dapetin dari hasil bergabung bersama PT Bank Syariah Mandiri CFBO Cirebon. 

Lalu, setahun ke depan akan bagaimana lagi? Apa yang gue akan dapatkan? Masih bersama Bank Syariah Mandiri? Atau gue pindah gawe di mana gue bisa lebih nyaman dan mengekspresikan diri gue? 

Kaledoskop satu tahun yang cukup berkesan bersamanya. Sayang, kan, kalau gue gak nulis di sini? Banyak relasi, keluarga baru, teman baru, pengalaman, dan semangat yang gak akan berhenti sampai di sini.

What are you next to be?



Minggu, 13 September 2015

Cirebon, Investasi dan Perbankan!

Aduh, aku kelewat untuk posting kuliner kotaku. Gak apa-apa, deh. Masih ada tema lain. Mumpung weekend, aku lanjut lagi, ya?

Menyangkut persoalan pekerjaan sehari-hariku juga, kayaknya bakal panjang, pokoknya panjang. Halah... Iya, iya, aku cuma seorang Banker di kota Cirebon. 

Di kotaku ini tidak terlalu banyak lapangan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya, karena aku adalah lulusan pertanian. Selain perbankan, ada juga di bidang distributor dan pabrik pembuatan bahan pakan dan pangan tertentu. Eh, sama PNS juga, sih.

Lalu, sebagai seorang perbankan kerjaannya seperti apa?

Untungnya, aku bukan yang harus selalu berhadapan dengan nasabah. Aku bekerja di balik meja, hmm...tepatnya sebagai back office yang mengurusi masalah KPR.

Meakipun tidak selalu berhadapan dengan nasabah, aku juga pernah bertemu dengan nasbah, iya, karena kami bergerak di bidang jasa, haruslah bersikap ramah.

Banyak pengalaman yang seru dalam menjumpai nasabah baik secara langsung atau lewat telepon. Terlebih lagi dengan masyarakat Cirebon. Dari nasabah yang nurut sampai marah-marahpun pernah aku lalui.

Belum lagi, aku juga harus bertemu dengan rekan perusahan seperti notaris dan pihak asuransi. Yang terkadang pada saat tertentu mereka memberikan "hibah"  berupa makanan. Iya, untuk satu kantor. 

Kantorku bercerita banyak juga, kan?

Makanya, aku tidak selalu dekat dengan telepon genggamku. Memang benar, bekerja di bank harus siap pulang malam juga, karena harus mengejar target. Apalagi di Cirebon, perbankan harus bergeliat dengan terus menerusnya investasi tanah dan bangunan yang terus tumbuh dan semakin mahal. Maklum, kota transit ini memang sedang "panas-panasnya" dalam bidang property.

Aku pernah merasa sedih, saat mencairkan uang dengan nominal ratusan hingga milyaran rupiah tidak pernah aku pegang, hanya melihat dan mencatatnya dalam layar monitor. Begitulah derita anak bank, uangnya hanya titipan. 

Makanya, tunggu apalagi, investasikan uang anda dan miliki asset berupa property yang menjanjikan di Cirebon!

Sst...tapi lewat bank aku, ya? Hehe

Minggu, 06 September 2015

Dendang Cerita Warung Pojok di Pasar Kanoman

*kring-kring*
Udah siap aku ajak jalan berkeliling kota Cirebon lagi? Sebelumnya, aku kasih lantunan instrumen khas dari kotaku ini.


Itu adalah lagu dari warung pojok asli dari Cirebon, kalau liriknya begini:

"Akeh wong padha kedanan masakan,
akeh wong padha kelingan pelayan
Ora klalen kesopanan ning sekabeh lelangganan

Yen balik tas jalan-jalan mingguan
mumpung bae tas gajian kaulan
Warung Pojok go ampiran etung-etung ke kenalan
Tobat dhendhenge emi rebuse,
Sega gorenge dhaginge gedhe gedhe

Adhuh kopie, tobat bukete
Adhuh manise persis kaya pelayane
Pura-pura mata mlirik meng dhuwur
padhahal ati ketarik lan ngawur
Nginum kopi mencok nyembur kesebab
nyasar meng cungur
Tobat dhendhenge emi rebuse
Sega gorenge dhaginge gedhe gedhe
Adhuh kopie tobat bukete
Adhuh manise persis kaya pelayane"

Lantunan lagu tersebut menggambarkan suasana warung pojok. Dengan artian bahwa kalau di warung pojok masakan yang disajikan sangat lezat terlebih lagi di lagu tersebut terdapat rayuan pada pelayannya yang manis. Lalu apa hubungannya dengan tujuan jalan-jalan berikutnya yang akan aku bahas?

Karena ngobrolin warung dan masakannya, aku bawa kalian ke pasar yuk sebagai bahan dasar masakan seperti di warung pojok ini, gimana? Iya, pasar tempat jual beli, tradisional dan cukup istimewa. Namanya Pasar Kanoman. Ingat, pakai huruf "K" depannya bukan "H" bisa-bisa salah arti. Karena arti Kanoman adalah dari kata dasarnya "enom", "anom" alias muda. Uniknya posisi pasarnya berada di pintu masuk menuju Keraton Kanoman Cirebon. Salah satu Keraton yang berada di Cirebon ini.

Lanjut, yuk? Enaknya kalau ke pasar pakai becak aja, ya? Biar ada kesan tradisionalnya sekalian explore kotaku ini.

Akhirnya sampai juga....

Lihat, gerbangnya saja sudah mencirikan bahwa wilayahnya masuk dalam keraton.   Berbagai macam yang dijajakan di sini, termasuk ada yang menjual kain, tepatnya di lantai dua. 

Oh, iya. Sesuai dengan lagu warung pojok, yuk mencari daging sapi untuk membuat dhendeng, serupa daging rendang gitu. Pedagang-pedagang daging baik ayam ataupun sapi adanya di dalam pasar tersebut, kalau tadi penjual kain ada di lantai 2, penjual daging di bawah atau lantai 1. Cukup pengap dan bau yang menyengat. Cukup teratur, sih. Bagaimana mencari bumbunya? Tenang, banyak penjual di sana yang menjual bumbu-bumbu yang telah diolah, digiling halus, dan terlihat juga irisan-irisan cabai merah dijajakan.

Mungkin, namanya pasar rata-rata sama, sih. Meski bau dan kadang becek, setidaknya kita punya bahan untuk menyajikan makanan seperti lantunan di lagu warung pojok. Riang, ramai dan penuh canda yang terlahir dari kesederhanaan dan keragaman. 

Credit gambar: 
#youtube #kompasiana

Jumat, 04 September 2015

Yuk, ke Balaikota?

Yuk, aku ajak keliling Cirebon?

Sambil bercerita tentang kotaku ini, semoga menikmatinya, ya.

Jangan heran kalau berkunjung ke Cirebon dengan suhu yang panas, karena lokasinya memang di dekat pantai utara. Yak, dengan sedikit debu. Tapi bukan debu-debu intan yang dikeluarkan sama Cygnus Hyoga. Halah...

Namanya juga di pantura, pasti panaslah?!

Anggapan demikian gak sepenuhnya salah, tapi sayangnya Cirebon "begitu adanya". Adanya panas, ya memang panas. Bahkan, aku lebih memilih untuk tinggal diam di rumah ketimbang harus keluar. Mungkin, lebih baik malam hari, ya?

Pernah beberapa temanku bilang, "tinggal di sini gerah, sehari sampai 5 kali mandinya". Jelas, si teman dulu pernah tinggal di daerah dataran tinggi. Hellaw...

Begini, deh. Kadang aku kalau mengajak teman keluar lebih enak di malam hari dibandingkan siang atau sore hari. Beberapa tempat memang dijadikan tempat berkumpul, selain kafe dan mall.

Gak kayak Jogja yang tiap sudut menyapaku bersahabat. Di Cirebon, disapa dengan "kirik". Iya, maklum, kata itu sebenarnya kasar, dengan arti "anjing". Apalagi kalau tempat kumpulnya anak-anak muda. Wajar sih, tiap kota pasti ada, kan lain ladang lain belalang.

Mari aku ajak ke...

Balaikota!
Maksudnya di halaman depan pelatarannya. Apalagi tiap malam, muda-mudi berkumpul. (((Muda-Mudi))) posisinya berada di Jalan Siliwangi, pusat  pemerintahan kota Cirebon. Iya, itu ramai kalau menjelang malam, tapi pagi hari? Sepi! Paling ada lalu lalang kendaraan saja. 

Bangunan yang memiliki sejarah dan semakin cantik apabila malam mejelang dengan hiasan cahaya lampu. Tidak hanya itu saja, jika Bandung memiliki kantor Gubernur yang terdapat tusuk sate di atasnya, di Balaikota Cirebon ini ada udang di atasnya. Karena dulunya, iya, dulunya setauku Cirebon kota Udang. Entah sekarang, udangnya jadi ada di balik batu, mungkin... Hehe

Hampir lupa, karena letaknya berada di jalan Siliwangi dan pusatnya pemerintahan, setiap minggu pagi, ramai juga di sini. Ada CFD, gitu. 

Setidaknya, Cirebon ada tempat berkumpul, meski panas, berdebu dan kering. Hmm...kurangnya satu, banyakin pohon. Biar adeuuummmm....

Bos, mau keliling ke mana lagi kita?
:D


Credit picture: https://twitter.com/OnyaAza/status/501632254817218562?s=17

Selasa, 01 September 2015

Pesan ikonik dari Cirebon

*kring-kring*

Waktunya bercerita...

Selamat datang di Cirebon!

Kotaku yang bisa ditempuh dalam waktu 3 jam dari Jakarta menggunakan kereta api bahkan bisa lebih cepat dari itu jika melalui jalan tol Cipali yang panjang menggunakan mobil. Sayangnya, moda transportasi udara belum ada di kotaku ini.

Sebagai anak yang dibesarkan di Cirebon, aku melihat banyak perubahan. Terutama pada pembangunan. Bagiku sih, diterima dengan positif aja. Dengan begitu, banyak juga tempat untuk berkumpul atau sekedar bersosialisasi dengan yang lain.

Satu hal kalau ke Cirebon. Kita semua  sudah pasti hafal saat musim mudik tiba, beberapa media menyoroti kota ini. Maklum, musiman terkenalnya. Meskipun orang-orang mengenalnya juga sebagai "kota wali" karena founding father-nya adalah wali bernama Sunan Gunung Djati.

Karena kebudayaannya juga kotaku ini pusat dari penyebaran agama islam di Jawa Barat yang berada di jalur pantai utara pada waktu itu. Uniknya, bahasanya pun berbeda dengan bahasa yang ada di Jawa Barat. Lalu, bahasanya apa? Bahasa Cerbon. 

Iya, karena letak geografisnya yang dekat dengan Jawa Tengah ini membuat kotaku unik. 

Selain itu, karena kebudayaan islam yang sangat kental dan dipadu-padankan dengan budaya lokal serta orang-orang pedagang China, seolah-olah ikon kota kami memiliki banyak ragamnya. Contohnya saja dapat terlihat dari batiknya. 

Pengaruh-pengaruh tersebut yang akhirnya terbentuk di kota ini. Sampai saat ini, pengaruh itupun tetap ada pada kota ini. Iya, pengaruh dari ajaran sang Wali. Saat orang lain mengetahui bahwa Ki Hajar Dewantara memiliki motto:

"Ing ngarsa sing tulodo, Ing madya mangun Karsa, Tut wuri handayani"

Tentunya, sang wali Sunan Gunung Djati pun berpesan pada kita, pesan agar kita menjaganya atau bahkan "dipelihara" , pesannya:

"Ingsun titip tajug lan fakir miskin"
(Artinya: aku titip mushalla dan fakir miskin)

Kebanyakan kami masyarakat Cirebon, familiar dengan pesan ini dan seakan-akan kami terbawa dalam alam bawah sadar. 

Anggap saja, aku sebagai masyarakat kota ini menjaga kotanya dengan pesan moral yang bisa dibawa ke manapun tanpa harus dipahat dibatu atau kayu.

Bukan hanya itu, sang Sunan yang menjadi ikon dan founding father kotaku ini ternyata memperistri putri dari negeri Tiongkok. Gak heran jika memang keharmonisasian telah terjadi di kotaku ini. 

Kamis, 27 Agustus 2015

Satu yang terlewat: Welcome to Penang!

Welcome aboard!

Been long I never to write something that it called "journey". Ceileh...bahasa gue?

Mari bercerita!
Berlibur menurut gue sih gak mesti ribet, apalagi punya hari libur yang cukup panjang bagi seorang karyawan kantoran yang belim boleh cuti. Waktu itu gak sengaja gue langsung memutuskan buat pergi ke Penang. Singkatnya, pas jaman kuliah travelling 3 negara Thailand-Malaysia-Singapura destinasi ke Pulau Penang dilewati, jadilah baru kesampaian ke sana. Shallow minded, ya?

Let me bring you out there 

Liburan ke Penang nampaknya menyenangkan, apalagi pas tau ada bus gratisan keliling kota? Siapa yang gak mau coba? Low budget banget menurut gue. Gak perlu banyak ngeluarin ongkos. Malah, saking difasilitasi begitu gue makin 'mboh' mau ke wisata yang mana dan leyeh-leyeh aja gitu di hostel. Biarpun gue udah browsing-browsing di internet.


Welcome to Penang!

Kebiasaan yang gue lakuin, begitu turun dari pesawat/kereta/bus gue langsung cari map di bandara Penang. Jelaslah tujuan gue akan ke mana dan sebagai petunjuk arah selama di sana. Karena emang gue gak berniat beli sim card provider Malaysia untuk buka map app lewat smartphone. 

Sempat gue beberapa lama kebingungan  mencari dan menunggu bus tujuan ke hostel yang berada di George Town. Untung di halte bandara ada petugas yang bisa memberikan info. it made easier, tho. 

Beberapa teman bertanya," ke Malaysia (Penang) sama siapa, Nu?"

Gue jawab, "sendiri"

"Mau jadi TKI, lo? Berani amat!"

"Wes byasaa" jawabnya cuma dalam hati, sih. Sambil senyumin aja.

Iya, gue sendiri ke sana dan gue masih hidup, belum jadi bangkai. 

Dear solo traveler, be tough!
Habisan, suka KZL kalau emang niatnya jalan sendiri tapi merekanya begitu, kan ketahuan kurang pikniknya mereka. 

Ternyata, dari bandara ke Komtar for Short, actually. But it is Komplek Tun Abdul Razak. Terminal gitu, deh. Hampir 2 jam menempuh perjalanannya. Untung kebagian tempat duduk di bus, kalau gak, kaki gue pasti bakal tegang terangsang. :))

Ternyata hostel gue gak begitu jauh dari Komtar, sayangnya usaha keras nyarinya.  Ini kali pertamanya gue booking penginepan lewat fasilitas mobile application agoda.com, it was simply to book and I choose "Kimberley House" to stay. Gue milih itu karena rating dan reputasinya. 

Let take a rest instead of hanging around in a rush! 

Minggu, 10 Mei 2015

Bayangan

"Kamu lelah?" Tanyaku

"Lelah? Bahkan aku tidak melakukan apa-apa selama ini. Apa sebabnya?" Jawabnya

"Aku pikir" singkatku

"Apa yang ingin kamu sampaikan?" Dia mencoba bertanya balik

"Oh, tidak apa-apa. Mungkin aku yang lelah"

"Kok bisa? Sebabnya?" 

Gumamku tidak akan pernah tersampaikan. Aku terlanjur menghindari dari pertanyaan-pertanyaan dia.

"Bisakah kita tidak membahas ini?" Pintaku

Dia terdiam cukup lama dengan raut muka yang nampak kecewa dan tertekuk. Aku tidak menyadari bahwa dia akan merasa seperti demikian.

"Aku tahu kalau kamu sering memberikan pertanyaan itu, untuk apa?" 

"Aku tidak bermaksud" 

"Ayolah!"

Kemudian darah mulai menetes dari tanganku, aku pembunuh! Aku pembunuh! Aku ingin berteriak namun aku tidak bisa. 

"Aku tidak akan meninggalkanmu, aku akan selalu ada, di mana pun dan ke mana pun kamu pergi" bisiknya

"Argggh.." 

"Kamu tidak akan lepas dariku, bahkan dari cermin yang telah kamu pecahkan tadi. Aku adalah kamu"



Selasa, 21 April 2015

The Journey to The East of Java: Help my Elf!

How to tell your mother if I am Alive? I am survivor!

Sebenarnya gue bilang gitu, iseng. Tetapi dalam setiap perjalanan, ada dong yang namanya 'pertahanan' tentang bertahan hidup? Sama halnya menjaga agar alam Indonesia itu tetap begitu adanya.

Gue sebagai anak kantoran, ngerasa jalan-jalan adalah dopping biar gak mampus. Banyak mereka yang jenuh dengan pekerjaannya, trus monotony lag hidupnya. Banyak dari mereka juga how to enjoy their own life. Keluarga, Teman atau Pasangan yang bisa hidup mereka stabil. Kestabilan gue, adalah jalan-jalan. Meski cuma disekitaran 'kampung' doang, maklum karyawan. 

Dimulai lagi, yuk....
Paling suka liat daerah-daerah di Jawa Timur. Selain daerahnya gak terlalu padat, potensi wisatanya juga cakep. Eh, apa gue doang yang bilang gini karena kurang piknik?

Karena jaman kuliah pernah sekali lewat Banyuwangi tepatnya TMP Baluran, apalagi di media-media mainstream banyak yang mengulasnya. Gue jadi tertarik. Kebetulan juga paket wisata yang gue ambil, udah termasuk Baluran. Makin bergairah aja dong gue?

Menariknya TMP Baluran ini karena ada satwa liarnya, banteng, kera, bahkan rusa. Sayangnya, kalau ingin mengambil fotonya, kita harus sedikit usaha lebih untuk mengambilnya dari jarak dekar atau punya kamera dengan lensa jarak jauh. 

Bayangkan jika berada di sana? Luasnya berkali-kali lipat dari lapang bola. Bahkan lebih luas dari bandara Soekarno-Hatta di Jakarta. Sebagai traveler pemula, apa salahnya mencoba berfoto ria di antara luasnya padang rumput di ujung timur Jawa ini. 

Nggak cuma rombongan open trip rombongan gue aja, ternyata di sana juga ada beberapa rombongan lain yang sama-sama asik berfoto. Padahal, kalau ada rencana ke sana lagi, feel adventure yang keren itu pakai jeep. Sayangnya, rombongan gue pakai elf pariwisata. Kesan adventure bareng rombongannya emang nggak ada, tertinggal hanya fun-nya saja. 

Ngomong-ngomong tentang elf pariwisata ini, ada lagi hal yang tidak terduga. Namanya juga manusia hanya punya rencana, Tuhan yang menentukan. Iya nggak, sik?

Selepas pergi dari padang savana nan luas, sekitar pukul 17.00. Memasuki kawasan perdu tanpa adanya cahaya lampu penerangan, jelaslah! Namanya juga di alas. Dengan kecepatan mobil  yang lambat, semakin meninggi juga  bulan purnama dan gelap. Hanya sesekali kendaraan yang lewat juga melintas untuk pergi pulang. Tiba-tiba elf yang kami tumpangi membentur batu di bagian bawahnya. Dalam hati "semoga nggak seperti yang sebelumnya ini elf jadi mogok". Lagi-lagi bermasalah dengan kendaraan kami. Di antara kegelapan malam, nggak ada lampu, bahkan sinyal provider pun nggak ada. Pasrah! Jam menunjukkan pukul 7an malam itu. Gila kan elf gue? Jalannya sampai 2 jam, itupun belum sampe depan pos TMP Baluran. Beruntungnya, elf saat itu kembali normal, meski berjalan semakin pelan karena harus berhati-hati. Ketimbang bermalam di hutan? Bakal ada acara sinetron ala-ala MASALEMBO. 

Sebenarnya estimasi pada waktu itu, kami sudah sampai pukul 21.00 di guest house wilayah Taman Nasional Meru Betiri. Kenyataannya, pukul 9an malam, kami baru sampai pos TMP Baluran dan...ganti elf pariwisata.

Jadi, pertanyaannya.
1. Pukul berapa gue sampai Guest House?
2. Apa yang gue renungkan?
3. Berapa orang yang sudah makan malam?
4. Sudah lelah dengan pertanyaan di atas? Apalagi gue yang jalaninnya? 


Kita lanjutkan besok.... 😂😂😎
Pasti lebih seru!

Minggu, 12 April 2015

The journey begin to East of Java


Gue duduk di shift ke tiga atau lebih tepatnya barusan kedua dari belakang di dekat jendela. Di samping gue berkenalan dengan Ririn dan Rizkha, dua cewek dari Bandung berdarah jawa. Berbagi cerita. Awalnya, dalam perjalanan tersebut semua nggak banyak bicara. Sempat tertidur selepas dari Bandara Juanda sebelum ke berhentian di rumah makan.

Hampir 30 menit kami makan sambil bercakap-cakap. Kalau gue malah lebih sering main ke toiletnya, maklum belum mandi. Hehe... Di kamar mandi pun cuma membasahi muka saja, jorok banget, ya?

Sekitar pukul 10.00 kami melanjutkan perjalanan, saat itu memang hari Jumat, tapi karena kita musafir, nggak jumatan, deh.

Time flies thru our trip, selain itu juga  pantat mulai pegal karena kelamaan duduk. Ada serunya duduk samping jendela, bisa lihat-lihat kota yang kami lalui di Jawa Timur. Ternyata, masih sepi-sepi, lho. 

Jam 12.00 siang, kami ber-empatbelas istirahat lagi di daerah Rest Area yang cukup besar, tidak hanya resto dan cafe, tempat ini pun terdapat SPBU, masjid dan toilet yang cukup bersih. Oh, iya, ada minimart juga. Daerah ini masih di Kabupaten Situbondo, dan a lot of people just taking a rest here. 

TAK ADA GADING YANG TAK RETAK
Mungkin ini bisa dibilang hambatan bagi kami dan penyelenggara. Mobil yang kami tumpangi terkendala dengan kampas kopling di jalan raya Banyuwangi-Situbondo. Dengan menunggu berjam-jam di Masjid terdekat, akhirnya Fafa menyesuaikan jadwal kembali. Fyi, TMP Baluran tutup pada pukul 16.00, dan seharusnya kami dijadwalkan ke sana pada hari pertama.
Sempat gue mengabadikan momen ini, keliatan, kan, bete-betenya kami? Hampir 4 jam kami menunggu sebelum elf lainnya menjemput kami. 

Karena hal tersebut, kami langsung dibawa ke penginapan, yang nggak kebayang pusingnya itu, Fafa. Harus 2x atau mungkin 3x putar otaknya. Bagi gue, salut sama dia. Sebelumnya sempat dia bilang bahwa nggak pernah kejadian seperti ini.

Sing penting nanti malam, bangun Jam 00.00 untuk ke destinasi Kawah Ijen. Apalagi udah ketemu kasur! Woho....

BANYUWANGI, 4 APRIL 2015, 00.00 MALAM.
Apa yang elo lakuin setelah melihat air minum, di saat elo kehausan? Jawab simpelnya, minum. Begitu juga kami, yang capek kelelahan, unpacked, take a shower and got some sleep, but it was...wrong! Saking excited atau capek, gue kaga bisa tidur. Ya, tidur ayam aja, deh.

Justru saat gue bener-bener terlelap, eh, malah dibangunin si Fafa, kan, kampret! Yang ada pala barbie pusing, dong. Halah...nggak juga, sih, gue masih banyak enerji untuk menuju Ijen. 

Pukul 00.30 kami semua sudah berkunpul di Parkiran hotel, sesaat mobil jemputan pun tiba untuk membawa kami ke Ijeeeeeen. 

Pikir gue, gue bisa tidur dulu di mobil, kata si Fafa, menuju Ijen dari penginapan sekitar 2 jam perjalanan, see?

Kenyataannya: mata gue melek sepanjang perjalanan!

Eh, even mata gue melek, gue kadang nikmatin dari dalam kaca mobil suasana kota Banyuwangi dan sekitarnya. Memang sepi dan gelap, sih, tapi di saat itulah, masih ada manusia-manusia yang ingin menjajal adrenalinnya mendaki Gunung Ijen, banyak pengendara roda dua dan empat yang berbarengan menuju ke sana dengan kami. Tidak lama dari pusat kota, gue udah mencium bau belerang yang kuat dari dalam mobil. Ijen, gue dateng!

Karena kaca mobil supir dibuka, selain bau belerang yang kuat, udara dingin mulai menerpa. Kami semakin excited dan niat gue buat tidur di perjalanan, gagal. Tepat pukul 2.30 kami sampai di pos Paltuding 
Segera kami turun dari mobil dengan mempersiapkan peralatan yang akan dibawa beserta baji hangat. Ternyata, memang banyak para wisatawan yang telah menunggu di sana untuk mendaki dan melihat kawah Ijen. Layaknya pasar, pos Paltuding pun ramai. Fafa, bergegas untuk mendaftarkan kami semua dan kami menunggu sebelum Fafa kembali dan menginstruksikan untuk mulai mendaki.

Saat itu jam menunjukan pukul 2.50, gue mencari toilet, karena kebelet pipis, maklum, gara-gara udara dingin, jadi si dedek 'keringetan' hehe... Sayangnya, toilet penuh, jadi gue mengurungkan niat.  Semua berkumpul dan berdoa, buat keselamatan kami semua. 

IJEN VS BROMO
Di tahun 2009, pertama gue cinta jalan-jalan dengan tujuan ke Bromo. Emang gunung Bromo namanya, saking pendeknya, si Bromo pun ada anak tangganya sampai puncak sana. Kalau kata temen gue, itu "gunung-gunungan", nggak berasa mendakinya, yang ada wisata aja, tapi ternyata maksud dari dibuatnya anak tangga menuju puncaknya itu, karena di sana memang sebagai acara upacara adat warga desa Tengger, yang notabene udah sepuh.

Terus, kalau ijen gimana?

Usaha dulu, dong. Enak aja maen bikin anak tangga, maen aja ular tangga, gih. Hehe... Meskipun jalur pendakiannya masih terbilang manusiawi, sih. Semanusiawinya jalur pendakian menuju puncak, seenggaknya ada yang saling menjaga. Gue sering banget denger cerita dari temen-temen yang memang pecinta alam, bahwa di gunung itu harus bisa mengendalikan ego. Banyak orang keluar sifat aslinya kalau diajak mendaki, lho. Gue cuma bisa meng-iya-kan saja, tapi faktanya emang begitu. Mau diapain lagi, coba?

Manusiawinya begini, jalannya lebar, kira-kira 2-3 rentangan tangan orang dewasa, dengan medan yang lembab-kering, dan kemiringan hingga 10-20 drajad.

Namanya juga gunung, semakin tinggi, semakin menipis pula cadangan oksigennya. Alias bikin engap. Apalagi bau belerangnya yang pekat. Saat itu, gue, Ayu dan Ifa menjadi yang paling belakang di antara temen-temen yang lain. Karena melihat banyak juga turis-turis domestik dan mancanegara yang sesekali beristirahat di tengah perjalanan, kadang gue nyeletuk dan berseru "pucuk...pucuk...pucuk..." Kali aja membakar semangat yang lain biar tetap semangat menuju puncak. Sayang, kan, udah mendaki capek-capek dan bangun tengah malam, nggak bisa liat blue fire-nya. 

Semakin atas, jalan semakin menyempit, mungkin cukup dilalui 2 orang saja. Dengan penerangan seadanya, gue dan yang lainnya mencoba mengejar waktu, karen pada saat itu medan yang kami lalui sudah landai. Tepat pukul 4.30, gue udah ada di puncak gunung ijen dan melihat si api birunya. 
 

Karena kurang puas melihatnya dari kauh, gue menuju kawah. Cukup berat medannya, karena didominasi oleh batuan yang terjal dan besar. Padahal di sana ada papan peringatan untuk dilarang memasuki kawasan kawah. Dengan penutup masker debu yang seadanya, gue makin nekad. Di saat bersamaan matahari telat terbit dan api biru sudah tidak nampak lagi, di sana pun para penambang belerang kembali menuju atas. Hanya beberapa turis bandel yang salah satunya adalah gue. 

Karena nggak mau kehilangan momen, sempetin gue foto-foto di dekat kepulan asap belerang 

Klik...klik...saking asiknya berfoto. Boom...tiba-tiba kepulan asap belerang tebal menuju arah gue. Dalam posisi tertutup masker, gue sesak nafasnya, sakit, ditambah mata gue perih dan arah jalan menuju ke atas, nggak kelihatan, dalam hati, gue nggak mau mati di sini, gue nggak mau mati di sini. Pas gue menemukan pijakan untuk menuju keluar dari kepulan asap belerang, gue terpeleset dari pijakan itu. Beruntungnya, ada seseorang yang membantu gue menjulurkan tangannya. Dalam hati, gue selalu menyebut nama Tuhan dan bilang gue gak mau mati dan nggak mau repotin orang-orang. Akhirnya, gue selamat meski harus terus-terusan batuk. 

Hal bagi gue pelajaran saat itu, jangan mengabaikan papan peringatan. 

Sesampainya di atas, gue langsung minun air putih yang banyak. Sambil menenangkan diri, ada kalanya gue juga berfoto berlatar kawah ijen.

Pukul sekitar pukul 7.20, gue dan rombongan menuju ke pos pendakian Paltuding kembali dan bergegas untuk menuju ke destinasi berikutnya.

To be continued...

Intro: let's begin the Journey to East!

Ah, April! I hope this is ain't shit just because April fools. But I was really excited. 

Few hours before left the town...
Tumben, gue nggak kena sindrom pra-travelling, mencret maksudnya. Tapi ya syukurlah. Kebetulan, jarak kantor sama stasiun Cirebon Kejaksan nggak begitu jauh. Kalo bisa jalan kaki, bisa 15 menit, doang. 

Berangkat dari Cirebon pukul 18.47 pakai Kereta Gumarang kelas Executive, ada yang bilang "katanya backpacker, tapi kok pakai kereta Executive?" Gue bilang dalam hati "peduli syaiton, amat!". Gue udah lama gak jalan jauh, jadi rasanya agak aneh aja sekarang bisa jalan-jalan lagi. Nggak peduli lagi sama nanti mau nggembel di mana? Gue udah punya duit sendiri! Bwek... :p

Ekspektasinya demikian, berasa tajir! Padahal masih kelas teri, anak teri, malah. Hehe... Dan ini juga pertama kalinya gue ikut acara OPEN TRIP dari twitter, kebetulan juga memang udah ada niat ke destinasi tersebut, sih. 

Pertanyaannya: mau nge-trip ke mana emangnya?

Jawab: ke Ijen! 

Itu tujuan utamanya, tapi kebetulan si organizer-nya ada tujuan tambahan, gue makin Excited, lah. Dari dulu selain ke Ijen impian waktu jaman masih kuliah, pingin juga ke Taman Nasional Baluran. Kebanyang, ke daerah padang Savana yang masih ada binatang liarnya, kayak di acara Animal Planet di Africa, tapi karena ini ada di Jawa, makanya bernama Africa van Java! Whoaa..!

Tepat pukul 03.24, gue udah ada di Surabaya, sesuai briefing lewat surel, di tanggal 3 April 2015 untuk meeting point-nya di Surabaya pukul 6.00-7.00. Di hari sebelumnya, pihak @funAdventure_ melalui tour leader-nya mengirimkan sms, bahwa Fafa akan menemani selama perjalanan nanti. Di sanalah, gue terus menghubungi dia. Karena MP hanya di Gubeng stasiun dan Airport Juanda, terpaksalah gue harus ngojek dulu ke Gubeng, karena Gumarang berhenti di Pasar Turi. Dengan masih cengo turun dari kereta, gue cuma butuh sandaran, tapi karena kamu gak ada, maka lantailah yang menjadi tempatku...berbaring. Blah! :p

Mencari waktu luang, di pasarturi gue sebenernya mau cari kamar mandi, sayangnya, di sana nggak boleh mandi. Jadilah gue jalan kaki ke Indomart stasiun untuk cari sarapan. Karena tau semalaman perut gue kaga diisi, malah adanya angin AC, bakal tau kan kalau efeknya apa?

Hampir pukul 5.30, gue cabut cari ojek menuju stasiun Gubeng. Sialnya, entah kenapa gue selalu "ada apa-apa" dengan kota berjulukan Pahlawan ini. Sesaat gue ditawari ojek oleh bapak ojek dan deal dengan harga 20.000 menuju Gubeng, langsung naik ke jok boncengan, lalu "brmm..shooookkk gubraaak" kita berdua jatoh dan menabrak palang pintu parkir motor. Lucunya, jatohnya gue itu sampe menindih kepala bapak ojek itu. Kalau kata petuah, sih, "jatuh di depan umum, 1% sakit, 99% malu" emang gue malu! Beberapa menit, gue berlanjut dengan ojek yang sama menuju Gubeng.

Kalau kalian mau tau, kesialan apa saja yang pernah gue alami di Surabaya, bisa kok mampir di sini (http://wsncyd.blogspot.com/2013/12/surabaya-oh-surabaya.html?m=1)

Tepat pukul 06.00 gue sampai di Gubeng, bertemu depan Alfamart, selepas membalas sms dari Fafa, gue langsung ditemui olehnya. Di sana, sudah ada 4 orang. 3 orang cewek dan 1 cowok. Gue kenalan sekilas, yang beberapa menit kemudian gue lupa namanya. Hehe... Senjatanya biar tetep soan, gue panggil mbak atau mas aja. Kemudian setelah gue masukin daypack gue ke mobil elf pariwisata, ada beberapa orang lainnya muncul juga, dua orang cewek asal Bandung, 2 cowok dan 1 cewek dari Surabaya. Ternyata, belum lengkap 10 orang ini. Kami harua menuju Bandara Juanda untuk menjemput empat orang dari Jakarta. 

Dan ceritapun dimulai...

Kamis, 01 Januari 2015

Kilas Balik 2014 and Good to See You, 2015!

A Good to see you in New Year.

Been busy for couple days and months, so we meet in 2015!

Sedikit sharing, tentang mimpi yang menggantung dan sempat gue posting di sini Saat Mimpi Masih Menggantung: Grateful to The Fullest. Yap, gue gak meragu buat bercerita di sini.

Sedikit Kilas balik yang gue peroleh di tahun lalu.

1. Tahun 2014, at the beginning. Many wish to conquer, I need job badly and went to be stressed. Mimpi? Boro-boro. Gue sedih saat itu, gimana lagi? Hidup datar-datar aja, gak ada kerjaan, gue ngerasa mulai memasuki krisis. Entah apa namanya? 

2. Mimpi gue, mimpi gue kenyataan. Gue ketrima di salah satu perusahaan. Perusahaan rokok, sih. Oh, bentar. Itu juga di akhir bulan Februari. Posisinya, OMT (Operation Management Talent), level awalnya, sales. Blah! Oke gue ambil, karena sebelumnya gue pernah kerja di perusahaan rokok kompetitor. Dari pengalaman jadi sales rokok, gue tadinya mau curhat tentang sales ngenes. Belum terwujud sampai sekarang, deh. belum tiga bulan, gue cabut dari perusahaan itu. Alasannya, nggak digaji. Protes? Percuma! Ya udahlah, ya....

3. Cukup lama dong gue habis cabut dari perusahaan lama, status gue pengangguran lagi. kira-kira hampir di tahun 2014 kemarin, gue sibuk wara-wiri cari kerjaan, dapet panggilan, gagal dapet kerjaan. Siklusnya terus-terusan begitu. Gue kudu kuat!
Tapi, sebagai anak netizen, halah... di bulan Juni, gue bikin deh tuh komunitas nontonCRB, agak ragu sih awalnya. 'berarti gue harus aktif di twitter?' 'update film?' 'gue sendiri dong?' tapi, negative mind it didnt come true, awalnya bertiga, lama-lama, nambah deh tuh. Seneng gue, berasa punya temen 'seiman' rasanya. hehe.... sampai sekarang alhamdulillah masih lancar. Tinggal minta kerjasamanya aja dengan pihak cinema21 atau gak yang bentar lagi buka di cirebon, blitzmegaplex. Biar tambah keren anak nontonnya. Oh iya, gue juga ikut gabung dengan komunitas CirebonBerkebun, sayangnya komunitas ini sudah jarang aktif. Entah kenapa? 

4. September 2014, gue kaget kalau ternyata bokap gue udah pensiun. Tepatnya pensiun dini dan gue belum dapet gawe?! Ketar-ketir gue gimana caranya harus cepat-cepat mewujudkan mimpi, baca motivasi ini-itu, biar gak cedih. blah! Eh, serius. Gimana gak bikin mewek? Kalau posisi gue adalah anak tunggal dan menjadi satu-satunya tumpuan harapan orang tua? Makanya, kalau punya temen anak tunggal jangan suka bilang "enak dong anak semata wayang, bisa beli ini itu dituruti?" Jawab aja "PALA LO KAYAK MANISAN PALA!" Bikin orang tua bangga itu emang gak gampang, dulu waktu kecil kita emang pernah nuntut orang tua buat beli apa aja harus dipenuhi, minimal nangis baru dikasih lah...Nasib anak tunggal? Nggak anak tunggal aja sih, kalau udah besar, seharusnya bisa sadar sesuai dengan tuntutan orang tua yang pingin liat anaknya minimal bahagia maksimal sukses, lah! 


5. November 2014, lumayan lama penantian proses dari tes awal hingga akhir. Gue bisa gawe di suatu perusahaan, memang nggak sesuai dengan catatan kecil mimpi gue dan dengan umur lewat 25 tahun lebih. Gue syukuri, toh kalau kita bersyukur, kita bakal bahagia, kan? Mimpi: Bekerja di perusahaan asing sebelum umur menginjak di 25 tahun. Kenyataan: Bekerja di Bank Syariah Mandiri dengan umur 25 tahun 5 bulan. Ucapkan, Alhamdulillah...
Dulu Ceritanya, gue paling menghindari namanya Bank, entah karena agama atau karena gue minder berwarna kulit gelap, dan agak sedikit gemuk. Mudah-mudahan gue bisa istiqomah dengan pilihan kerja di sana, sembari mengejar mimpi-mimpi yang masih menggantung.


Those were me. How your story in 2014?
And in 2015 what are we going to be?

Happy great year and many wish that should come true!

God bless you and bismillah!