Rabu, 28 April 2010

“Makhluk Air” itu Belanda





Inilah yang paling saya kagumi, karena sebagian besar dari Negara ini memiliki ketinggian kurang dari 1m dpl, meskipun begitu, Limburg, yang merupakan suatu provinsi dari negeri ini memiliki ketinggian yang sedikit berbukit. Sedangkan untuk permukaan yang tertinggi dari negara tersebut adalah Vaalserberg, dengan ketinggian 321m dpl dan yang terendah adalah Nieuwerkerk aan den Ijssel, yang berada pada 6,76 mdpl. Dengan begitu sepertinya Belanda tidak tinggal diam melihat semua keadaan tersebut.

Karena dari kondisi geografisnya, Belanda pun pernah mengalami banjir. Bencana banjir yang pertama kali Belanda alami adalah pada tanggal 26 Desember 838 yang mengakibatkan seluruh pantai pesisir Belanda tenggelam akibat banjir. Faktor utamanya pada saat itu adalah kurangnya tanggul yang efektif. Selain itu, banjir ini pula yang mengacu terjadinya tornado yang dahsyat dan menimbulkan gelombang air di pantai. Selang beberapa tahun bencana banjir berikutnya pun datang pada 28 September 1014 yang menyebabkan korban tewas hingga ribuan orang dan bencana-bencana banjir pada tahun-tahun berikutnya.

Dengan melihat kondisi yang seperti itu, maka orang-orang belanda atau The Dutch tidak tinggal diam. Mereka mulai menciptakan suatu inovasi teknologi bagi negaranya dari yang tradisional hingga High Quality Technology. Karena daratan Belanda sebagian besar berada di bawah permukaan laut, maka dibangunlah pematang raksasa atau yang biasa disebut duinen . Tanah-tanah rendah itu dibentengi dengan bukit-bukit pasir raksasa yang membentang luas dari wilayah selatan bagian Belgia hingga ke bagian utara yaitu wilayah Groningen dan Friesland. Selain itu, ada juga usaha untuk  pembuatan bendungan yang tidak begitu besar karena kawasan reklamasi yang terbatas, lalu pekerjaan berkembang dengan melakuakan pengeringan danau dan rawa-rawa pada abad ke-16. Hal ini juga merupakan usaha untuk memperluas daratan.

Setelah beberapa tahun pematang raksasa yang merupakan bukit-bukit pasir itu ditumbuhi oleh rerumputan dan belukar, juga berbagai pohon. Sehingga bukit-bukit tersebut kuat dan kokoh dari terjangan ombak, banjir oleh air laut dan tidak terjadi longsor. Sedangkan pada danau dan rawa-rawa yang dikeringkan, lahan yang sudah kering oleh adanya air, diolah untuk lahan pertanian mereka, jalan-jalan dibangun dan parit dan jaringan digali, serta peternakan dibangun. Pada beberapa dekade berikutnya, pekerjaan selanjutnya pada memanajemen air.

Tidak hanya itu saja, saya pun mengetahui bahwa Belanda yang merupakan daratan yang tingginya sebagian besar di bawah permukaan laut itu terkadang sebagai penyangga Eropa karena letaknya yang dilalui tiga delta sungai utama yang mengalir yaitu Rhine, Meuse, dan Scheldt. Diperkirakan sungai tersebut yang dapat memberikan resiko banjir sampai meluas. Oleh karena itu, penahan atau bendungan yang membatasi antara pemukiman dan wilayah sungai harus mempunyai kulaitas yang tinggi. Sampai saat ini pun Belanda terus mencoba mencari cara untuk melawan air.

Karena dihantui oleh banjir oleh naiknya air laut dan gelombang air pasang laut yang menimpa Belanda kemudian pada awal abad ke-20 mereka memulai dengan membuat ‘Delta Project’ . Sebuah project raksasa yang pembangunannya memakan beberapa dekade dan berakhir ketika konstruksi tanggul penahan gelombang laut di Oosterscheldekering di Zeeland selesai. Adapun beberapa nama Delta Project yaitu, Hollandse IJssel storm barrier, The three Islands plan, The Oosterschelde storm surge barrier, Brouwers Dam, Volkerak Dam, Haringvliet Dam, Grevelingen Dam dan lain-lain.
Ada satu hal lagi yang membuat saya kagum dengan Belanda keterkaitannya dengan masalah air, ini tidak hanya melulu soal high techno tapi Bio-Techno. Ya, Benar seorang Doktor Belanda menemukan cara bahan bakar ramah lingkungan dari air, ini bukan seperti yang terdapat di Indonesia yang terkait dengan Blue Energy tetapi ini merupakan penemuan mutakhir antara pembiakan mikrobia yang dapat mensintesis air limbah ke dalam bahan organik dan kemudian mikrobia ini apabila di aliri listrik ke dalam air limbah yang terdapat biakan mikrobia dan secara spontan dapat menghasilkan bahan bakar air ramah lingkungan. Doktor itu bernama Dr. René Rozendal.

Memang sepertinya kita bukan siapa-siapa apabila dibandingkan dengan Belanda, namun kita bisa belajar bagaimana menghadapi masalah dan bukan menghindari masalah seperti Belanda yang selalu saja dihantui oleh banjir karena permukaan tanahnya yang di berada di bawah permukaan laut. Andai saja Indonesia mampu seperti itu, sepertinya Jakarta tidak akan pernah lagi kebanjiran, namun kenyataannya di Indonesia, dana pembangunannya biasanya ’bocor’ kemana-mana.

Meskipun Belanda menjadi salah satu Negara yang maju terhadap teknologinya terhadap air, tidak membuat Belanda menjadi tinggi hati. Belanda pun siap untuk membantu Negara-negara yang miskin sumber daya air dan air bersih. Contohnya adalah kepada Indonesia yaitu membantu dalam teknologi penyuplai air laut dalam berupa water pyramid yang ada di NTT. 

Dan kita bisa menyimpulkan bahwa "Makhluk Air" semacam apa Belanda itu?

1 komentar:

feedback-nya, please.