Pernahkah dalam suatu karangan ilmiah kita mencantumkan saduran atau referensi dari buku atau web tanpa pengarang alias Anonymous (Ind. Anonim). Saya yakin pernah. Bagaimana jika karangan Anonim itu sarat tidak dapat dipertanggungjawabkan? Masih valid kah data atau tulisan ilmiahnya?
Demikian juga para pencari berita yang meliput atau mewawancarai narasumber. Dapatkah memakai sumber Anonim atau tidak? Ini penjelasannya dari seorang jurnalis.
Beberapa waktu lalu, saya memantau dari lini masa twitter, seorang jurnalis yang bisa dikatakan senior, sedang memberikan hestek dengan judul #anonim. Sebagai seorang pemula, saya mencoba memahami dan menyimpan twit beliau di tab Favorite. Siapakah beliau? Dia adalah Farid Gaban (@fgaban). Berikut hasil print screen-nya.
Dari hasil kultwit, dapat disimpulkan bahwa harus ada transparasi antara sumber anonim dan jurnalis, dengan kata lain, sumber berita dapat dipertanggungjawabkan secara benar dan fakta atau data yang nyata. Namun, sumber anonim ini diperlakukan secara ketat dan media yang menggunakannya akan bertanggung jawab atas hasil dari sumbernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
feedback-nya, please.