Minggu malam senin tepatnya saya membuka twitter, di situ salah satu penulis yang saya follow sebut saja @aMrazing membahas tentang film yang telah dia tonton, bukan hanya dia saja, tetapi teman-temannya juga meributkan tentang film ini.
Saya yang merasa cupu dan gak tau apa-apa, kok tiba-tiba tertarik untuk menontonnya, TANPA tahu lihat sinopsis atau review film-nya. Maklum, saya gak terlalu banyak menghabiskan waktu dengan menonton film atau pergi ke bioskop. Saya adalah hanya tau film-film yang bagus aja, ya sebut saja film superhero gitu, meski gak semua hapal dan ditonton, sih. pfffft.
Well, balik ke review film ini (baca judul). Masih bertanya-tanya, ini tuh film apa? kok sampe happening gitu, akhirnya, saya memutuskan *bukan tali persaudaraan* untuk menonton pada hari senin pagi.
Berangkatlah ke studio XXI Empire, meski takjub ternyata diputer dalam format 3D (yah, berkurang jatah makan saya *pukpuk dompet*). Di situ saya ditonton bersama 3 orang teman. Pertanyaan yang muncul adalah, saya sendiri bingung ini film apa, eh malah ditanya sama teman, film tentang apa? saya bingung juga jawabnya.
-----------------------------------------batas basa basi busuk---------------------------------------------
Poster (credit by google picture) |
Film ini denger-denger adalah diangkat dari novel yang berjudul sama Life Of Pi dengan penulis Yann Martel (setelah googling :p) dengan durasi 127 menit, diperankan oleh aktor berdarah India bernama Suraj Sarma (Pi muda) dan Irfan Khan (Pi dewasa) disutradarai oleh Ang Lee. Kalau belum tahu siapa itu Ang Lee, dia pernah menyutradarai film Brokeback Mountain (2005).
Film ini berkisah tentang kehidupan Pi yang bernama lengkap Piscine Molitor Patel yang tinggal bersama keluarganya yang memiliki kebun binatang di India yang merupakan milik dari Santosh Patel (Adill Hussain) yang bukan lain adalah ayah Pi dan Ibunya Pi merupakan seorang ahli Botani bernama Gita Patel (Tabu). Pi merupakan anak bungsu dari kakak yang bernama Ravi Patel. Di keluarganya Pi merupakan seorang penganut agama Hindu, namun ayahnya adalah seorang Atheist.
Menurut saya ini adalah film yang benar-benar paket komplit, visualisasi, petualangan, drama, dan hakikat dari film ini sendiri bisa dinikmati. Bukan karena saya menonton karena formatnya 3D, jadi saya menilai film ini bagus, coba dan rasakan sendiri bagaimana imajinasi film ini membawa kita ke jagad raya yang penuh dengan cahaya.
Well, pada masa mudanya, Pi selalu dicemooh oleh kawan-kawannya, karena memiliki nama Piscine karena dikait-kaitkan dengan pembuangan air kencing. Namun, Pi tak tinggal diam untuk membuktikan dan menghentikan ejekan dari teman-temannya. Diambilah nama Pi dengan membuktikan dari bilangan irasional dalam matematika yang disebut "Pi" juga. Saya sempat terkejut dan wow banget, dia hapal berapa angka-angka dalam bilangannya itu.
Sebenarnya tidak hanya di sini, Pi juga memiliki hasrat dengan pencarian Tuhannya, meski Pi hidup berasal dari keluarga Hindu. Pi mencari arti Tuhan dari beberapa agama yaitu Khatolik dan Islam. Bukan, bukan untuk membanding-bandingkan, karena Pi percaya karena keberadaan Tuhan itu sendiri. Pandangan ini memunculkan pada keimanan kita.
Konflik terjadi ketika ayah Pi berencana untuk pindah ke Kanada dan menjual binatangnya. Semua keluarganya pindah dan menggunakan kapal laut dari India dan membawa binatang-binatangnya. Saat berada pada peraiaran Pasifik yang ganas, terjadilah badai, sayang sekali hanya Pi yang selamat dari amukan badai di laut di atas kapal sekoci bersama hewan-hewan yang tersisa dan di antaranya adalah Richard Parker alias Harimau Bangli.
Dalam keadaan seperti ini keimanan Pi diuji, berada di atas kapal selama 227 hari dengan bekal makanan yang seadaanya dan seekor harimau. Saya teringat, ketika Pi harus menghadapi seekor harimau yang ganas, bahwa "harimau tidak bisa menjadi teman, namun bisa dilatih". Selain itu, petualangan terdampar di tengah laut ini membawa kesan sendiri bagi saya, visualisasi yang begitu indah, petualangan yang penuh ujian dan godaan, oia, meski Pi telah dibaptis menjadi Khatolik, namun Pi tetap vegan dan masih percaya dewa-dewa Hindu.
Di sinilah saya belajar, seberapa tangguhkah iman seseorang apabila diuji dalam kondisi yang seperti itu, apa harus menyalahkan Tuhan atau tetap percaya akan keberadaan Tuhan untuk tetap minta pertolonganNya. Terdengar tidak masuk akal juga apabila kita benar-benar seperti itu, namun di akhir cerita film ini ada dua cerita Pi yang dijabarkan, namun dari sudut pandang saya, ini membawa pesan bahwa hidup ini terkadang tidak masuk akal dengan percaya akan adanya Tuhan namun berkesan daripada tidak percaya akan adanya Tuhan.
Most recommended I ever watched and I beg you to watch it. Kamu gak akan nyesel untuk menontonnya, terlebih lagi apabila posisi kita yang berada dalam ombang-ambing karena terkesan selalu mengagungkan logika dan mulai goyah keimanannya. Percaya Tuhan itu ada.
Meski saya hanya penikmat film dan bukan pengkritik, saya juga menikmati ceritanya dan pesan yang bisa saya ambil. Saya memberi rating pada film ini sebesar: 4 dari 5.