Minggu, 16 November 2014

A Message: Tintin's

Since you are college and confuse what will you do after graduation. A message from The Adventure of Tintin's movie could growing up your passion, perhaps.

This convo between Captain Haddock and Tintin.

Captain Haddock : I thought you were an optimist.
Tintin : You were wrong, weren't you? I'm a realist
Capt. Haddock : Ah, it's just another name for a quitter.
Tintin : You can call me what you like. Don't you get it? We failed.
Capt. Haddock : Failed. There are plenty of others willing to call you failure. A fool. A loser. A hopeless souse. Don't you ever say it of yourself. You send out the wrong signal, that is what people pick up. Don't you understand? You care about something, you fight for it. You hit a wall, you push through it. There's something you need to know about failure, Tintin. You can never let it defeat you

So, what do you think of  it? 

Don't you ever anything/anyone defeat your dream, go through it and breakaway!


Sabtu, 25 Oktober 2014

FURY Movie: Dari Seorang Gagap Genre Film

Pertama denger kata Fury, gue langsung membayangkan animasi fantasy dari rumah produksi film Disney atau Pixar. Ternyata salah. Maklum, kadang analogi gue aneh, semacam fury-tale. :D

Gue cari tau film ini dari google, ketemu di web imdb dan rottentomatoes, padahal ya dari sebelum film ini tayang, posternya udah ada di XXI Cirebon. Parah banget, ya, gue?!

Jadi, begini...

Poster Fury (diambil dari google)

Ternyata film ini ber-genre action, drama, and war. Dengan rating yang cukup besar dari user di imdb sekitar 8.2/10. Cast-nya juga gak kalah beken, ada Brad Pitt, Shia LaBeouf, Logan Lerman, Michael Pena, John Bernthal, dan Jason Isaacs. Itu nama gue nyomot dari imdb, karena cuma 3 orang aktor yg gue hapal dari deretan yang gue sebut diawal. Disutradarai David Ayer, ini juga sutradara pernah megang proyek The Fast & The Furious pertama. 

Gue kali ini pertama nonton film dengan genre yang-katanya-war, sebelum nonton, sih. Kenapa? Lah, wong posternya aja ada gambar tank baja, bukan tanki tinja, lain lagi itu mah nanti. Ceritanya berlatar sejarah atau kisah nyata dari tank yang bernama Fury, nah, ternyata Fury itu nama tank-nya. Pas nonton, gue baru tau juga kalau artinya adalah amarah, iya. Itu diambil dari bahasa Jerman. Pada April 1945, 4 bulan sebelum kemerdekaan Indonesia. Inget, kan, tuh? Jamannya Jepang menyerah sama sekutu, dulu gue nggak ngerti sekutu itu siapa? kumpulan kutu atau kesatuan kutu (?) Ternyata adalah US alias Amriki. 

Lanjut!

Di sana sebenarnya Jerman itu menyerah, cuma jantung pertahanan Jerman yang konon Nazi itu, harus dibombardir. Nah, dari gambaran cerita yang gue tangkep pas gue nonton, ternyata masih ada aja sisa-sisa kekuatan Nazi-nya di sana, sampai harus mengirimkan pasukan tank. Karena tank yang bernama Fury ini dipimpin oleh Sersan Wardaddy (Brad Pitt) bersama anak buahnya, termasuk seorang typist bernama Norman (Logan Lerman). Jadi gue bayangin, 'gini, toh? kalau wajib militer? eh, bener gak, sih?'. Terus, gabung dengan timnya. 

Ini kan film action dan drama, katanya. Tapi, katanya itu kata imdb, kok. Film itu apakah harus juga berdiri dengan lintas genre? Biar menghibur. Terus, gue malah seru di bagian dramanya, ya? Bukan karena di adegan itu si sersan dan Norman bertemu dengan dua orang perempuan Jerman, bukan. Dari pas si Norman masuk tim si sersan Wardaddy, malah. Bagaimana si Norman diajarin jadi 'pembunuh' tapi dihormati karena menjadi pahlawan di negeranya. Sampai puncak adegan dramatisnya itu Norman dan perempuan Jerman yang jatuh cinta, tapi cintanya tidak abadi seperti Romi dan Yuli. Halah. Eh, serius gue, itu Norman jadi dendam ke tentara Nazi, karena cewek yang dia cinta meninggal gara-gara rumahnya dibumi hanguskan oleh serangan ledakan dari Nazi. Setelah itu, karakter si Logan Lerman berubah, kamu gak seperti yang dulu. 
Ini ada temen yang ngasih tau nama tank-nya

Eh, itu bener, kan, sisi dramanya? 

Lagi nih, visual effect yang gak kalah apik dari lesatan senjata yang kalau pas nonton di bioskop bikin kaget. Apalagi kalau lesatan di eranya itu kayak senjata semacam laser, teknologinya udah keren di film itu. Iya, di tahun 1945. Tapi, gue suka scene di mana tank dengan anti-tank milik Jerman one-on-one. Sungguh terlalu, anti-tank Jerman kalah, bro. Ceritanya emang di sana teknologi tank milik Jerman lebih canggih dari buatan US. Lagi, lagi, berkat taktik sang sersan, sih.

Akhir!

Gue suka, bagi awam seperti gue. Ini film yang harus ditonton sebenarnya bagus, kok. Dengan catetan, elo belum nonton film dengan berlatar belakang sama di mana War World II terjadi dan nggak paham sejarah WWII. Diakhir cerita, menyisakan ketegangan dan penasaran. Tank satu-satunya dari yang menuju jantung Nazi, akhirnya harus berakhir dengan dramatis, kok bisa? Karena yang selamat cuma Norman, dan entah kenapa gue sebel sama akhirnya, yang nampaknya begitu 'main-main' kayak anak kecil, kalau main petak umpet nggak pernah jaga, sekalinya jaga, minta udahan. Bubar! Gitu gue menganalogikannya. 

Tetep elo harus nonton! 

Rating dari gue: 7.9/10

Sabtu, 18 Oktober 2014

Bagi Pengalaman: Gue Bisa Karena Biasa

Pernah nggak lo pas tes psikotest di sana ada pertanyaan:
a. Saya adalah sosok pekerja keras
b. Saya ingin memiliki pengaruh bagi kelompok saya.

Emang pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang tidak bisa diukur dengan benar atau salah, namun menggambarkan kepribadian seseorang dari jawaban yang mereka pilih. Pertanyaannya pun tidak hanya satu saja, tetapi pertanyaannya diulang dengan opsi dari salah satu pilihannya berbeda.

Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah:

"Bagaimana kita bisa mengetahui kepribadian diri kita sendiri?" 

Ada yang bilang, sifat diri kita sendiri terkadang susah dikenali, emang sekarang jamannya zodiak, tapi itu bukan parameter yang permanen, menurut gue. Sifat yang selalu terlihat ini pula 'dikenali' oleh teman main/diskusi/belajar/tidur #eh. Tapi, bener loh. Coba deh, kalau dalam pergaulan pernah dapat kritikan dari teman lo sendiri, kan? 

"Bon, gila lo, kita hampir telat masuk bioskop gara-gara nungguin lo. Kapan lo bisa on time?!"

"Sorry, Ton. Tadi ban motor gue pecah terus kena tilang di lampu merah"

"Basi!"

"lah, ngape lo pada nungguin gue? bisa masuk duluan kan seharusnya, tiket lo bisa titipin ke mbak penjaga bioskop, simpel?!"

"bentar...dulu gue pernah titipin gitu, trus lo inget gak jadinya kenapa? ungkit-ungkit 'gak asik, masuknya gak barenagan'" 

#kemudianributdibioskop

Nah, bisa keliatan gimana sifatnya, kan? Si Bono anaknya terlalu santai jadinya suka gak tepat waktu, banyak alasan, gak konsisten sama omongan terus apalagi ya? Udah, sik. Kalau Tononya di sini gue gak ungkapin dengan jelas bagaimana dia. 

Itu dari lingkungan pergaulan, beda lagi dengan lingkungan organisasi atau tempat kerja untuk tahu sifat orang. Semakin elo berdiskusi dan brainstorming dengan beberapa teman 'kerja' semakin terlihat sifat diri bahkan karakter elo. Gak percaya? Iya-in aja dulu.

*****

Dari kegiatan yang gue lakuin, bukan gue sombong atau apa, tapi gue bisa berfikir dan menemukan solusi. Baru kemarin gue bertemu dan berdiskusi masalah konsep perkembangan @CirebonBerkebun dengan salah satu tokoh atau bisa juga artis, H. Qomar. Cara menemukan solusi, solusi, dan mengemukakan pendapat di depan umum di antara jajaran petinggi harian Rakyat Cirebon.

Gue bersyukur sekali bisa membantu dengan mengemukakan solusi yang sedang dibahas kemarin. Gue bangga sebenarnya bisa menjadi keluarga tersebut. Ada baiknya gue juga tetap belajar, gak melulu meninggikan ego. Masih banyak kekurangan malah.


P.S
iseng aja sebenernya menulis ini, karena pingin rajin mengisi tulisan di blog. Teori ini berdasarkan pengalaman aja.

Jumat, 17 Oktober 2014

The Judge: Bukan Review - Sosok Bokap Dan Impian

Dari sekian banyak film tentang keluarga, baru kali ini juga gue tahu film ini adalah film tentang Ayah dan Anak lelakinya. Bukan maksud gue di sini menjelaskan film-nya bagaimana dan seperti apa, sik? Karena dari judul aja ditulis dengan jelas.

Gue, pernah nulis cerita tentang bokap gue, di blog lain.

Tapi, rasanya kurang enak juga kalau gue nggak ceritain film-nya dulu. 

The Judge Poster (credit by wikipedia)
The judge, memang hakim artinya meskipun demikian kemasan tersebut hanyalah sebuah satu rangkaian yang dapat disimpulkan mengenai apa filmnya ini. Hanry 'Hank' Palmer (RDJ) seorang pengacara yang rumah tangganya dalam sidang perceraian yang telah memiliki satu anak perempuan. Saat dalam pengadilan, Hank mendapat kabar dari saudara lelakinya bahwa Ibunya meninggal di Carlinville, Indiana dan harus meninggalkan sidang perceraiannya tersebut.

Konflik terjadi saat Hank berada di Indiana dan ayahnya yang merupakan seorang hakim kenamaan yang bernama Joe Palmer terlibat kasus pembunuhan. Di sana Hank yang seharusnya bisa kembali lagi ke Chicago akhirnya menjadi pengacara bapaknya. Meskipun Hank dan Bapaknya memiliki hubungan yang tidak baik. Lalu apa yang membuat Hank menjadi pengacara bapaknya? salah satunya kenangan masa kecilnya dan menjadi anak yang bisa membanggakan ayahnya.

****
Begitu banyak konflik keluarga antara ayah-anak, ibu-anak atau mungkin ayah-ibu. Dari film saja, terkadang gue ngerasa tersendir dan di situlah muncul pula kenangan saat masih kecil bersama bokap gue. Di umur yang dikatakan dewasa ini, gue belum bisa bahagiakan baik nyokap ataupun bokap. Apa yang terlintas dalam gambaran sebuah film, terlebih bertemakan keluarga, gue lebih banyak merenung karena gue belum bisa dituntut lebih untuk menjadi anak yang mereka harapkan.

Ah, gue cuma bisa menjelaskan singkat di blog ini, untuk mengenal gambaran gue bersama bokap gue, ada dalam tautan dari blog gue yang lain.


Selasa, 14 Oktober 2014

Sisa Malam Ini

Basah....
Jejak yang ditinggalkan selepas hujan malam ini. Jangan harap kau temui pelangi apalagi bidadari.

Tetesan yang tertinggal yang jatuh pada benda-benda seakan detakan jantung kehidupan manusia dan aroma khas itu bukan saja yang ditunggu, tapi dirindukan yang telah menemukan kerinduannya.

Aku rindu, kaupun berseru.
Sisa malam yang kini hening membuat manusianya menyatu dalam rindu. Sempurna!

Rasakan dan pejamkanlah matamu. Seakan kau menemui aku dari sisa malam selepas hujan ini.

Minggu, 12 Oktober 2014

Dalam 5 Jam Perjalan: Piknik Nyelfie dan Seadanya

Mumpung masih seger, seru kayaknya kalau langsung nulis jalan-jalan singkat tadi siang. 

***
Niat jalan jauh ke daerah pegunungan adalah rencana yang selalu wacana dari kemarin-kemarin, bahkan untuk jalan ke Waduk Darma di Kuningan. Kapan, kapan, dan kapan bisa terwujud. Gak ada yang spesial dari lokasi waduk sebenarnya, sih. Kok bisa malah ngebet mau dikunjungi? Alasannya, Cirebon panas. hehe...

Rencana awal emang ada janji sama temen kominutas berkebun mengunjungi sanggar lingkungan hidup, dasarnya gue, malah suka merubah rencana. Waduk Darma, yuk?

Siapa lain dan bukan teman yang gue ajak itu emang doyan juga diajak jalan, sebut saja, cungil. Awalnya emang dia nanya, "kok dadakan, lagi panas nih Cirebon?". Ah, pertanyaannya mudah dijawab dan diiming-imingi kalau diajak jalan. "itu kan Cirebon, kan Kuningan apalagi Waduk Darma pasti adem". Gara-gara itu, dia mau akhirnya. 

Gak jauh memang perjalanan Cirebon-Kuningan-Waduk Darma, berangkat mulai pukul 11.30 dengan kondisi yang amat panas, entahlah Cirebon ini, panasnya sudah gak normal lagi, menuju Kuningan. Emang awal niatnya ke Waduk Darma buat ngadem. Begitu di jalan, tiba-tiba pingin menambah destinasi aja, gitu.

Belum masuk ke kota Kuningan, motor mio gue berubah haluan, lho. kok bisa? emang gue yang bawa, kali. Berbelok ke arah kanan dari jalan utama Cirebon-Kuningan, menuju Linggarjati. Pasti mau ke museum? salah! Karena pernah beberapa kali mengunjungi museum-nya, kami cuma lewat aja. Pingin rasain getting lost. Masuklah ke perkampungan penduduk arah pos penanjakan gunung Ciremai. Lagi, dan lagi kami putar haluan. Gue sebenarnya labil gitu. Karena nggak menemukan apa yang gue cari, kebun kopi. hehe...

Lanjut menuju destinasi utama, masuk kota Kuningan. Hampir satu jam-an dengan lalu lintas jalan utamanya padat-lancar. Take a ride dengan kecepatan yang rata-rata 60-80 km/jam cukuplah untuk mengejar waktu hari ini, karena mengingat besok adalah Senin.

13.30
Memasuki kawasan wisata Waduk Darma, gue sempat kaget dengan jalan yang berubah. Dulu tahun 2008s, jalan besar yang dilewati untuk ke arah Cikijing adalah melewati bibir tanggulnya, jadi sempat menyasar, deh. Tarif masuknya pun 17.000 untuk satu motor dan dua orang. Canggih, mahal kalau menurut gue. Untuk kondisi yang menurut gue 'seadanya', bahkan kalau dibandingkan dengan wisata pantai di Parangtritis gak semahal itu. Show must go on, mending nyesel beli daripada nyesel gak beli, begitu kata orang.

What we did in Waduk Darma?
Lucunya, gue dan Cungil nggak ngapa-ngapain. Ada sih fasilitas wisata berupa jet ski, tapi pas gue lihat, malah motor jet-ski-nya pun ditutupin semacam terpal. Yang masih ada, perahu wisata yang bisa dinikmati para pengunjung. Murah, cuma 10.000 itupun nunggu kuota dulu baru bisa jalan.

Karena kami pengunjung yang 'seadanya' juga, jadi nikmati juga yang sudah sewajarnya. Apa itu? Selfie! hehe...
#selfie hore 1

#selfie hore 2

#selfie hore 3

#selfie hore 3

15.00
Sebelum menuju ke lokasi Waduk Darma, gue liat di jalan papan yang bilang ada curug, padahal kalau sebelumnya itu gak terlewat meliatnya, bisa jadi gue mengunjungi itu dulu. Tapi, akhirnya mengunjunginya juga setelah dari Waduk. Namanya Curug Bangkong. Bahasa Indonesianya Air Terjun Kodok. Unik, kan...?

Masuk dari papan tersebut berkisar 700 m yang sebelumnya melewati perkampungan warga. Tak jauh sesaat, ada papan penunjuk arah berikutnya. Sempet kaget. Lokasinya memasuki persawahan, untunglah si mio ini bisa melaluinya dengan kondisi jalan yang kering, pastinya. Lebih kaget lagi, kami 'ditagih' uang 10.000 dari petugas 'pos'. Gue mengutip pos, karena pos itu bukan pos, cuma gubuk yang beralaskan tanah dengan penjaga teteh-teteh yang cengengesan, nggak resmi. Jadi, seharusnya gue dan cungil bisa protes kalau tau lokasi wisatanya yang...tak terawat!

Menuju lokasi, dengan jalan setapak dan bergelombang dengan hamparan terasering sawah yang hijau, tidak sampai 5 menit, kami menemukan curugnya dan itu bagus!

Arus air terjunnya memang kencang, lagi lagi gue sebel dengan kondisinya yang amburegul alias gak terawat banget nget....

Tapi...lupakan! Mari selfie!!!
#curfie curug selfie 1

#curfie curug selfie 2

#curfie curug selfie 3

#curfie curug selfie 4

Seperti menemukan hidden paradise, seharusnya gue bisa makin seneng dengan lokasi wisatanya, tapi gue penikmat 'seadanya' mungkin diberipun 'seada-adanya' saja.

Tidak lama, kami kembali ke Cirebon dari lokasi-lokasi tersebut pukul 16.30an. Cukup senang dengan piknik yang singkat dengan fasilitas 'seadanya' sehingga gue senyum-senyum sekena-kenanya untuk dimasukan dalam daftar seakan-akan jalan-jalan. 


Pertanyaan

Pertanyaan yang harus dipaparkan dengan jelas adalah kenapa dan bagaimana. Tetapi hidup itu juga merujuk pada Apa. Sehingga melanjutkan ke seri berikutnya yang mana. Ah, layaknya bahasa komunikasi hal tersebut dapat dilakukan Di mana.

Timbullah pertanyaan tersebut, yang susah adalah menjawabnya.

Hm...aku mengantuk, bisakah kita akhiri?

***

Jumat, 10 Oktober 2014

Nonton Tontonan!

Kalau ditanya, udah berapa film yang gue tonton selama ini? Jawaban gue simple, Lupa! Tapi kalau ditanya detil lagi tentang berapa film yang gue tonton saat gue buat akun komunitas nonton? Bentar, gue itung dulu, sekalian gue list ya?

1. Transformers 4
2. The Fault in Our Stars (nonton sendiri)
3. How to train your dragon? 2 (ns)
4. Dawn of The Planet of Apes
5. Act of Killing (Jagal)
6. Teenages Mutant Ninja Turtle
7. Guardian of The Galaxy
8. Hercules
9. Malam Minggu Miko Movie
10. The Maze Runner
11. Tabula Rasa Film
12. Annabelle
13. Dracula Untold

Padahal sebelumnya, gue nonton gak akan sebanyak ini, apalagi dulu cuma film yang direkomendasikan aja ditontonnya dari Twitter, lah. Tiga belas judul film dari diluncurinnya akun nonton dari bulan Juni sampe Oktober, 5 bulan, men!

Michael Bay (credit by google)
Tapi gue nggak akan bahas lagi film-film yang dengan bangganya gue tonton, sih. Gue malah liatnya gue jadi lebih ‘deket’ ke bioskop dan dunia film as anak kemarin sore, lah… Gue penikmat dan itupun bukan penikmat yang semacam satu film ditonton berkali-kali karena saking sukanya, nggak. Tipikal gue, masuk ke bioskop, duduk, saat film dimulai, gue fokus. Malah sempet ada yang bilang kalau gue diajak ngobrol pas di bioskop (jeda film berupa scene pemandangan atau semacamnya) pasti dijawab “hah?”, but that’s me!

Karena mulai menjadi penikmat film, dipantengin tuh siapa aktornya, ceritanya, sama sutradaranya, dulu ya kalau nonton mah nonton aja, nggak ngerti itu deh, hampir aktornya film yang gue tonton sebatas barlen, bubar klalen. Maksudnya, hapal nama, pernah main di film apa aja, y ague kagak tahu. Kalau cerita, indikasi yang gampang buat film yang diminati adalah “elo ngantuk kagak pas nonton film di bioskop?” itu aja, cukup. Kalau yang high-expert bisa jadi mereka mengkritik dari segi alur, plotnya yang nyambung atau enggak, dan sebagainya dan sebagainya. Pusing kayaknya ya?

Jujur, kalau jadi admin sosial media apalagi akun nonton, seharusnya emang mencari tahu dulu informasi filmnya kayak apa dan bagaimana, gak hanya ngajak-ajakin buat nonbar aja. Karena admin, kan, ya? Gue banyak googling jadinya. Ini film apa? Bintangnya siapa? Kapan mulai tayang? Ceritanya gimana? Sutradaranya siapa? Banyak juga kan pertanyaan gue. Jelas, supaya gue sendiri dulu yang paham. Eh, ngomongin sutradara, katanya film bagus ada peran besar dari sutradaranya meskipun si aktor baru, tapi ini bisa jadi dipatahkan pernyataannya juga, sih.

Ambilah dari kasus gue nonton Transformers 4, sang sutradara Michael Bay, dari Transformers 1-3 dia juga yang garap, ciri khas yang ditampilin sama sutradara ini, perang yang mengjelegar, sunset, dan gadis cantik, even cerita yang tidak dikedepankan. Dari film itu, gue ngerasa ada yang aneh, kenapa? Gue ngantuk! Iya, memang efeknya yang ditampilkan sadis! Tapi, ya, begitu, deh… Padahal aktornya ada Mark Walhberg.

Sebenernya masih ada lagi contohnya, Dracula Untold sama The Maze Runner, dua film itu sutradaranya debutan semua di film layar lebar, apalagi The Maze Runner libation aktor muda semua. At least, film-nya oke dan bagus. Emang dasarnya juga gue suka nonton, jadi tinggal pantau aja perkembangan film-film Hollywood.
Christoper Nolan (credit by google)
Tapi yang nggak kalah penting, unsur musik dalam filmnya, bisa scoring atau soundtrack film itu sendiri. Apalah gue yang sok tahu tentang film, paling bocorannya dari rotten tomatoes atau nggak imdb. Kan, ketahuan gue? Hehe…
Poster film Interstellar (credit by google)

Untuk November, gue lagi nunggu film Interstellar, nih. Garapan Christoper Nolan. Gue lebih excited nunggu tayang film di bioskop ya, daripada nunggu panggilan kerja, kenapa? Perusahaan lebih banyak PHP-nya soalnya, tsk! Lol


p.s

gue pas nonton Annabelle bisa diajak ngobrol dan ngajakin ngobrol, kok. It means film-nya ya-begitu-deh!

Rabu, 03 September 2014

Cerita pagi buta: Gagal Tes Kerja itu memang NYZK!

Balik lagi, gue masih terjaga di malam hari dan isi kepala yang ingin gue tumpahkan ke sini. Sudah jarang lagi gue menjadi manusia malam.

Manusia malam dan menjadi job seeker soalnya. Kalau gak menjadi manusia malam, brarti gue lagi sibuk nyari gawe. Begitupun sebaliknya. Hampir memasuki fase yang galau akut gue, kegagalan demi kegagalan yang gue dapet akhir-akhir ini.

Sebelumnya, kegagalan gue pada perusahaan BUMN di industri perkebunan tebu bernama RNI. Sebenarnya perjalanan menuju tes RNI ini yg sudah melepas panggilan dari PT Pusri dan Bank BNI disaat bersamaan. Soalnya, tesnya pun berlokasi di Surabaya dan saat itu gue udah menuju ke sana. Tahapan tesnya RNI yang pertama gue alhamdulillah lolos, langsung menuju tes wawancara. Pernah denger, kalau si interviewer enjoy dengan kita saat wawancara, sudah dipastikan kita lolos. Pengumuman datang hampir 1 bulan, karena gue optimis bakal lolos, gue mulai belajar lagi materi-materi tentang pertanian dari 4 komoditi, the, tebu, sawit dan karet. Sayang, ekspektasi gue yang berlebihan membuat gue gagal dan kecewa. Mungkin belum rejeki, susah kalau memang belum rejekinya. Gue tetep istikomah aja ke Alloh.

Berikutnya,

Alhamdulillah, ada rekrutmen BUMN lagi bernama PT Pusri. Pesenlah tiket ke Jakarta, kebetulan rekrutmen umum, jadi bukan di kampus gue, UGM. Hari Minggu, gue bareng temen-temen alumni ilmu tanah UGM bertemu untuk mengikuti tes, rangkaian tesnya panjang ini perusahaan, tapi pengumuman hasilnya cepet. Dari tes pertama yang gue jalani bernama tes aptittude, gue lolos. Sayangnya, temen gue dari UGM beberapa di antaranya gagal dan pulang, sampai menyisakan hanya 3 alumninya saja. Gue, adek tingkat gue angkatan 2008 dan 2009. Berlanjut ke tahap tes TPA. Malam sebelumnya, gue belajar karena emang gue niat banget masuk perusahaan pupuk. Buka-bukalah buku biologi dasar semasa kuliah. Matematika juga sempet gue pelajari untuk mengingat rumua turunan dan integral, karena TPA itu kepanjangan Tes Potensi Akademik. Dari kasus sebelumnya dari temen-temen gue, soal yang bakal keluar adalah soal pengetahuan dasar sesuai dengan jurusan eksak dan non eksak.

Apa yang terjadi. Gagal! Kok bisa? Gue selalu tertipu dengan 'katanya' dsn forum dari internet. Bodohnya, gue kelewat rajin juga belajarnya. Siapa yang gak kecewa berat? Soalnya pun tidak ada sangkut pautnya dengan akademik yang kita pelajari di bangku kuliah. Malah bertipe psikotes dengan variasi yang sangat komplek. Apalagi matematikanya, gue lupa semua tuh materi deret, muncullah jumlah deret dari suku ke-blabla dan suku ke-blabla. Ada pula yang lebih absurd lagi, menghitung suku ke-x dari desimal bilangan 3.14xxx gitu deh. Matilah gue! Ini mungkin yang namanya belum berjodoh, sekuat apapun usahanya kalau belum dikatakan 'ya' oleh Alloh tidak akan terjadi.

Kali inipun gue makin kelabakan cari kerja, kenapa? Kalau bokap gue per tanggal 1 September 2014 kemarin udah pensiun, dan gue baru tahu malem sebelumnya coba? Gue shocked berat. Apalah gue keluyuran cari kerja sana sini tapi belum ada yang nyantol. Entah sekarang yang gue lakuin nyari kerja apapun, paham sik kalau Alloh sudah menggariskan takdir seseorang meskipun gue masih berusaha nyari. Sebelumnya gue juga nolak keberangkatan kerja di perusahaan milik PMA Malaysia.

Ada yang bilang rejeki nggak ke mana, tapi gue tetep mau ke mana-mana, sik. Gimana?

*
Gue nulis ini sebelumnya agak sedih, makin ke akhir kok nggak sama sekali? Oh, gue meski job seeker ada kegiatan yang bisa gue banggain *tetep* lho kayak komunitas gue @NontonCRB sama @CirebonBerkebun \o/

Jumat, 08 Agustus 2014

WHAT I HEARD THE MOST LATELY?

Sengaja gue kasih judul lebih dulu untuk mengerucutkan apa yang gue akan ceritakan. Sebelum memulai kepada judul yang udah gue kasih tau, gue akan sedikit bercerita. Nggak banyaklah. Cerita tentang para pemburu kerja alias pengangguran. Iya, gue masih cari kerja.
Mungkin yang bernasib sama dengan gue, nampaknya agak sedikit sama ceritanya, being jobless is sin. Tapi ceritanya bakal lain kalau elo bisa ambil waktu-waktu nganggur buat kegiatan positif than do nothing at home.

During Raya, I had met some friends when I was in high school. Iya, namanya juga acara halal bihalal, nggak banyak, memang. Sambil mengikat silaturahmi, nggak ada salahnya, toh? Tetapi ada yang beda saat elo bertemu dengan mereka di tahun-tahun sebelumnya. Kenapa?

It’s gonna be the question that their asking:

“sekarang kerja di mana?”

Sebagai pengacara, that’s rude question for people that you knew exactly if they hadn’t got a job. Simply, but hurt. Namanya juga manusia, kadang ada khilafnya kali, ya. Itulah yang gue rasakan, setelah lulus di tahun 2013 awal, bekerja 3 bulan di suatu perusahaan, lalu mencari kerja lagi, dapat kerja lagi, dan menganggur lagi, hampir satu tahun lebih, gue kira.

Di sanalah, kebosanan yang hampir menuju boiled-point, pingin jadi anak yang ansos (anti-sosial) tapi kelamaan juga bosen di rumah. Ada juga kalau di rumah terus, tekanan batin dari pertanyaan sederhana yang diajukan oleh ortu sendiri. Emosi yang keluar bakal nggak karuan.

Selama itu pula gue jadi skeptik sama perusahaan-perusahaan yang berusaha gue lamar dan orang-orang yang menjadi bijak. Eh, kalau yang kedua emang gue yang suka cerita, jadi dikasih motivasi, gak masalah, sik. Kalau tentang perusahaannya? Gue ada cerita juga.

Suatu ketika gue sedang menggarap skripsi, gue antusias banget untuk melamar ke beberapa perusahaan yang gue incer, kesannya begitu gue lulus kuliah, gue tinggal langsung kerja. Ternyata ekspektasi got me down. Tapi, gue gak berhenti cuma di situ, gue lulus, lamar sana-sini dengan semangat ’45-nya, meski jauh tempat tesnya, gue lakoni demi masa depan gue. Ohya, beberapa bulan setelah lulus pun gue keterima kerja, kontrak 3 bulan. Selepas kontrak habis dan nggak memperpanjang, karena tergiur dengan kerjaan di mana potensial banget dengan bidang yang gue tekuni selama kuliah, sik. Alhasil, failed. Perjuangan berlanjut, lamar lagi, ikut CPNS 2013. Sampai akhir tahun 2013 belum dapet kerja juga. Masih. Gue masih ada semangat meskipun menurun indikatornya, gue tetap berusaha. Di awal tahun 2014, ketrima kerja di salah satu perusahaan, sayangnya di sana selama 1,5 bulan bekerja, gue nggak digaji. Poor me! Mau ngadu? Percuma. PKWT-nya pun tidak diberi copy-annya, dan ternyata gue baru tahu kalau itu perusahaan memiliki manajemen yang jelek. Ikhlasin jadinya.

Berakhir di perusahaan lain, semangat yang mulai mengendur hingga datang memasuki usia gue yang memasuki setengah abad. Makin galau, dong? Di saat keluar beberapa bulan dari perusahaan itu, gue ketrima kerja di perusahaan perkebunan di Kalimantan yang merupakan PMA Malaysia. Seneng dong gue? Sesuai bidang. Sayangnya, itu perusahaan kok sering memundurkan jadwal keberangkatan gue ke lokasi training-nya, ya? Usut punya usut, ternyata mereka tidak sebaik menyiapkan ‘bekal’ schedule calon karyawannya, sehingga banyak yang turn over di saat penerimaan atau…mengetahui gaji yang ditawarkan. Memang gaji yang ditawarkan tidak besar dan cukup bisa menderita untuk tinggal di Kalimantan. Begitu kata temen gue yang pernah bekerja di sector perkebunan di Kalimantan. Akhirnya, karena kedua alasan yang patut gue jabarkan, gue memutuskan untuk tidak mengambilnya. Dengan resiko, uang medical check-up hangus, karena ditanggung dulu oleh calon pelamar. Ikhlasin lagi, deh. Padahal gue udah buat tulisan di blog acknowledge ke temen-temen gue selama lamar sana-sini atas jasa kebaikannya. What a shame!
Kali ini, belum ada kabar baik, tanda-tanda positif pun belum terlihat. Mulailah skeptik, di sinilah rule dalam hidup bekerja, expectation will kill you. Semangat? Ada kok, tinggal sedikit, sik. Berharap? Pasti! Sama Alloh, pastinya. Expectation? No more.

Balik lagi ke relasi judul yang udah gue kasih. Gue sekarang menjadi orang yang sangat amat sensitif sekali dalam hal untuk sekedar berkumpul dengan temen-temen kalau sudah menyinggung kerjaan. Gue mending banyak diam, berdoa, dan bergeriliya dalam nyari kerjaan. Meski akhirnya mereka akan tahu, sik. Kayaknya, cita-cita itu emang harus disembunyikan, banyak beraksi ketimbang keinginan yang hanya angan-angan doang.

Apakah tahun depan akan bernasib sama? Entah. God’s plan. Sedikit sedih gue nulisnya. Malu pula. Apakah Tuhan menyempitkan rejeki hambaNya ini, atau gue yang terlalu menolak rejekiNya. Lebih banyak intropeksi diri dan berserah aja. Kok gue mendadak relijius gini? Karena gue tahu, bukan saatnya lagi untuk berbuat keburukan. Bukannya akhirat itu lebih baik dari segalanya?

Ya tapi…..

L

Minggu, 06 Juli 2014

My Brand New Day: Don't I look So Sad, huh?

Welcome July.

This what's most tough life in my quarter-life. Why should I write on July? Because on June, there's my birthday date and I hate it. My age gets older by that day if everyone notices it. I don't have any job today and ignored job offering that I usually mentioning over in Borneo. Here I am now. Laziness one like a shit.

Some story that I should be done, but it stops. 

Here the good news: Just because I am jobseeker doesn't mean I don't have any activity. Recently, I and 2 my friend initiate to make group or community based on social media, twitter, actually. But this is not the one, this it is similar to another group that call (@)NontonYK; (@)nontonSolo etc. We had held event #nonbarCRB at the first time successfully. 

What do we do on social media? I usually updating movie in cinema and give some info to followers. Not only info but also event gathering that I mentioned before. This my pride, tho. One thing I should take responsibility to the group, I learn more stuff about design software. It's fun.

Oke, that's greeting article for July. So lots of fun!

Jumat, 30 Mei 2014

Malangku di Malang: Belum Berakhir!

Masih Malang di Bulan Oktober 2013

"Lapar!" 
Bukan cuma perut yang protes untuk diisi nasi, tapi juga 'lapar' kepingin jalan-jalan lagi, seharusnya kali ini bisa memilih angkutan yang wajar dalam urusan uang. Ingat! Saya juga di Malang berniat ikut proses seleksi perusahaan bukan sepenuhnya jalan-jalan. Kalau gagal tesnya, baru jalan-jalan, deh! Hail Malang!

Sebagai jobseeking-traveler, sudah seharusnya saya menceritakan kesan jalan-jalannya di manapun saya mengikuti tes daripada  memberikan info tips dan trik tes di perusahaan X atau Z. Kalau mau cari, coba buka di Kaskus lebih komplit ketimbang di sini. Tepatnya masuk ke [Forum] buka [Bisnis] lalu [Dunia kerja & Profesi]. Penuh dengan tanya-jawab beberapa kaskuser tentang beberapa perusahaan di sana. Kalau malas buka, gimana mau dapet rezeki. Rajin-rajinlah kau, kisanak!

Balik ke topik pembicaraan yang harus segera diselesaikan. Tujuannya di sini adalah tes dan tidak banyak waktu untuk berleha-leha, maka dari itu selepas mandi, saya pergi menuju keluar penginapan mencari sarapan. Sayangnya, di sekitar sana nggak ada penjual makanan, namun yang saya temukan adalah semacam toko roti dan makanan kudapan tepat di samping penginapan. Tidak ingin ambil pusing karena takut mati kelaparan, saya membeli satu buah roti bantal, snack Taro, air mineral dan air teh dalam kemasan, dan satu bungkus rokok. 

Waktu terus menghantui saya dan berlari begitu cepat,  saya kembali menuju kamar dan memakan makanan yang saya sudah beli tadi. Beberapa menit kemudian saya sudah siap menjelajah lokasi tes. Karena tes diadakan keesokan harinya, jelaslah saya harus paham lokasinya tersebut. 

"Sep, kalau mau ke Un-Braw dari stasiun naik apa?" Pesan lewat BBM yang saya tanyakan, sambil jalan menyusuri jalan Kahuripan untuk sekedar sightseeing saja. Di sana saya melihat beberapa kafe dan resto yang masih tutup. Mungkin, karena masih pagi juga nampaknya. 

"Kamu udah di Malang, Nu"
"Naik ADL aja, itu nanti turun di belakang UB, kok" 
"Kamu sama siapa ke sana? Ikut tes apa?" Tiga pesan masuk secara berurutan masuk dari teman saya.

"Berapa emangnya tarif angkotnya, Sep?"
"Iya, kita (saya. red) mau tes di deket UB lokasinya"
"Iya, sendiri" Mencirikan bahwa pengguna BBM atau aplikasi obrolan lainnya, selalu membalas dalam tiga atau mungkin lebih pesan yang sangat pendek. Begitu pula saya menjawab Asep ini. Bayangkan jika latah menjawabnya melalui SMS yang selalu dikenakan tarif reguler. Enggak berbeda sih untuk tarif, tapi jaman sekarang sudah sering menggunakan paket data internet untuk berhubungan dengan yang lain, meskipun pulsa kosong. Nah, deh ketahuan saya kalau sering gak punya pulsa. Hehe....

"Paling 3-4ribu"
"Yawes, sukses" 

"Sip, thank, Sep" tutup saya.

Karena mepet, bukan berarti saya puas menjelajah di sekitaran Tugu Malang. Suatu saat, saya kembali lagi ke sini, pasti!

Berjalan sambil mencari angkutan umum berlogo 'ADL' seperti apa kata Asep tersebut nampaknya agak sulit atau memang belum beruntung dapat yang kosong. Saya berhenti di depan korem tentara AD di sana untuk mengawasi angkot yang lewat situ. Satu-dua-hingga-5-menit kok gak nongol-nongol, ya? Terpaksa berjalan lebih jauh, deh. Sial ini angkot.

Itu angkot ADL, kayaknya. Dalam hati berbicara. Benar, ternyata! Mendakati angkot itu dan melihat, wow, kosong! Akhirnya pucuk dicinta angkotpun 'ngetem'. Benar, angkot ini karena baru saya saja yang masuk dan ada di dalamnya, saya menunggu lagi. Kali ini lebih lama dari sebelumnya saya menunggu. Lebih lama daripada menemani cewek berbelanja pakaian, pokoknya. Udah gitu, dandannya lama, pula. Aku harap karena di angkot sendirian, sesekali supirnya curhat gitu kan bisa lebih hangat. Sayangnya, enggak! Hih!

Beberapa menit menunggu jalannya angkot, tapi kok nggak ada orang yang masuk, ya? Hati saya bertanya-tanya. Kayaknya kota di Jawa Timur bikin sial terus setiap kali dikunjungi atau saya yang punya masalah, ya? Tapi, dugaannya benar adanya. Karena belum dapat penumpang lainnya di dalam mobil, tiba-tiba angkot berjalan pelan, pastinya saya berucap syukur, eits...belum bergerak jauh, ada wanita paruh baya dengan perawakan agak gemuk dan berwajah Indonesia bagian timur memberhentikan angkot dengan motornya. Saat itu saya nggak tau percakapan yang berlangsung, tapi rupanya ada tawar-menawar harga. Jreng jreng! Masalah saya apa, ya Tuhan! 

"Mas, mau ke UB, kan?" tanya sopir angkot yang pada saat awal saya masuk dia menganggukan kalau angkot ini akan menuju ke UB

"Iya, mas" Jawab saya dengan kebingungan karena tiba-tiba bertanya kembali dan akhirnya sopir angkot ini memulai pembicaraan dengan saya. Terima kasih, ya Tuhan! Bentar, k-o-k?

"Pindah angkot yang lain aja ya, mas. Soalnya mau disewa" Kata dia

Jawab:
"...oh, oke.." sambil senyum lalu turun dari angkot itu

Kenyataan:
SIALAN! ANJIS. RUGI WAKTU. *^(^(&% ARRRRGH!!!!TUHAN ADA APA DENGAN SAYA?!

Namun pada akhirnya, saya mencari angkot yang sama menuju tempat lokasi tes dengan tanpa disuruh keluar atau dioper.


Malamnya di Malang: Kamar No 9

Kembali pada sore hari setelah kesialan yang menimpa saya dan di kamar inilah saya memulai malam. Masih ingat dalam tulisan sebelumnya, kalau kamar sebelah dari kamar ini adalah kamar yang sangat tidak layak dihuni. Kosong dan nampak banyak jaring laba-laba menggantung di atap-atap kamar. Spooky, though?

Ritual, kali ini ritualnya. Iya. Ritual. Berupa...Makan malam! hehe...

Tenang. Mari kita menghela nafas sebentar apa yang akan terjadi di-samping-kamar-bernomor-9. 


to be continued...

Cetak-Miring-garis-bawah:
Bahasa Cerbon: kita = saya.

Rabu, 28 Mei 2014

Malangku di Malang: Penginapan atau Kandang (?)

"Pak, kita cari lagi penginapan yang lebih murah, deh" Pinta saya ke bapak tukang becak ini sambil keluar dari pelataran halamannya, saya masih mencari penginapan yang kira-kira cocok dengan kantong. Masih ingat saat itu kawasan penginapannya berdekatan dengan kantor walikota Malang. 

Masih berada di atas becak, saya melihat kekaguman dengan kota Malang, bangunan-bangunan kuno yang dipakai untuk Hotel dan melihat bundaran yang di tengahnya ada tugu. Masih hijau, bersih, dan asri. Tunggu. Ini. Benar. Saya. di Malang? tanya saya dalam hati. Strukturnya hampir mirip dengan Tugu Muda di Semarang. Ya sudahlah, saya nikmati saja tata kotanya sambil menunggu si bapak tukang becak ini membawa ke mana lagi untuk mendapatkan penginepan yang saya inginkan.

"Coba yang ini ditanya, mas" si bapak ini menunjukkan salah satu penginepan dan berhenti di deapannya.

"hmm...oke, pak"

Agak ragu melihat kondisi bangunannya, tidak terlihat seperti penginepan, ruko, malah. Turun dari becak, saya masuk ke dalam 'lobi' ala ala. Namanya juga penginepan apa adanya, resepsionispun saat saya ingin beertanya, tidak ada. Tiba-tiba muncul seorang pria dengan perawakan tinggi kurus bercelana pendek, dengan janggut seperti Bams Samson. Yakin, nih penginepannya? Was-wasnya demikian. 

"Gimana, mas?" Tanya si janggut ala Bams Samson ini.

"Di sini per malamnya berapa, ya, mas?" Sambil duduk di depan kursi yang kosong tepat di depan resepsionis.

"Per malamnya 90000, mas" Jawabnya singkat

Karena sudah tidak mau muter-muter lagi mencari penginepan dengan becak dan saat itupun lapar serta lemas. Saya mengiyakan saja. Toh, saya di sini yang penting bisa tidur, gak usah muluk. Jika dibandingkan dengan penginepan di Jogja,  harga segitu sudah termasuk tinggi dengan kondisi yang lebih baik. Lebih baik? Iya. Di Sini saya melihat pemandangan 'lobi' dengan tatanan yang berantakan. Satu aquarium besar dengan air yang sudah menghijau di salah satu sisi pintu dengan satu ikan Arwananya, beberapa sepeda gunung dan satu sepeda low-rider terlihat tidak semestinya berada pada posisi yang baik. 

Setelah deal dengan penawarannya, saya menuju bapak tukang becak itu untuk membayar jasanya. Sambil mengeluarkan uang dari dompet dan memberikan uang 15000 rupiah.

"ini, pak.." dengan menyodorkan uang

"20000, mas" sela si bapak ini

"loh, tadi perjanjiannya katanya 15000, masa nambah?" protes saya dengan heran

"ya, kan tadi sekalian keliling nyari penginepan, tha?"

Kesal dengan si bapak ini, saya tidak mau banyak berdebat, karena memang lelah. Saya berikan tambahan uang 5000 lagi kepadanya. Dengan muka kesal, saya memberikannya dan melipir masuk penginapan tanpa memberikan ucapan terima kasih. Tau gitu, saya ajak keliling-keliling lagi, deh. Lagian, kayaknya deket juga jaraknya dari stasiun sampai penginapan ini. Gumam saya dalam hati.

Karena belum memasukan dompet ke saku celana, saya kembali menuju meja resepsionis untuk melunasi pembayaran langsung untuk satu hari menginap dan memberikan KTP saya sebagai jaminan. Si mas janggut-kurus-berjenggot-ala-Bams Samson ini lalu menyerahkan kunci kamar kepada saya, sebelum menuju ke kamar, si mas tersebut memberikan tips tambahan kepada si bapak tukang becak ini sebesar 10000 rupiah. Anjislah, gak bener itu tukang becak. Kata saya dalam hati.

KAMAR NO 9
Kamar saya berada di lantai 2 di penginapan itu, saya terkejut saat melihat kamar sudah terbuka lebar. Di sana saya menemui ada seorang mas-mas lagi yang berkisar umur 28-an yang sedang membereskan kamar mandi, tepatnya membersihkan dan mengisi bak mandi dalam kamar tersebut.

"Nginep berapa lama, mas?" Pertanyaan sapaan pengenalan dari si mas itu.

"Oh, cuma sehari aja, kok, mas" jawab saya singkat

Karena percakapan ini saya anggap tidak penting, saya tidak melanjutkan dialognya, deh.

Setelah selesai semua dibereskan oleh si mas tersebut, saya masih menerawang kamar ini.
Kamar yang berisi satu tempat tidur ber-type family bed yang tersudut dengan kasurnya berupa...kapuk.
Dua bantal yang sudah...lepek.
Spreinya dengan motif...kembang-kembang.
Satu meja dan satu kursi yang...berkarat
Kipas angin yang...berdebu
Letak tv yang menempel pada dinding dengan bersangga pada besi ternyata nampak benda tersebut terkurung pada...sel
masuklah ke kamar mandi dan masih beralas...tegel
dengan bak yang, saya nggak tega. oke tapi airnya bersih, sih. Cuma baknya nampak terlihat...kotor

Mau bagaimanapun, kalau harganya terbilang murah banget, ya mungkin kondisinya seperti ini. Sudah tidak peduli lagi dengan kondisi kamar, yang penting bisa tidur, mandi, dan mengikuti tes. Saya lalu mengeluarkan isi tas, satu hal yang saya utamakan, ialah mengecas hape. hehe... Sembari merebahkan badan dengan kaki saya sambil merentang-menutup seperti Sinchan yang sedang ngambek, tiba-tiba kaki saya menyenggol tembok yang ternyata...TRIPLEK!

Karena merasa aneh, jangan-jangan hanya saya sendiri yang menginap di sini, saya melihat-lihat ke lorong deretan yang hanya ada 4 kamar, sambil menengok kamar sebelah yang merupakan kamar paling pojok setelah kamar saya, ternyata kamarnya lebih parah dari yang saya tempati dengan gorden yang terbuka atau memang tidak menempel pada penyangganya, dengan kasur single, tanpa adanya tv di dalamnya. Mungkin kamar tersebut memang dalam kondisi yang sangat amat tidak layak dan terawat. Pikir saya, kenapa saya dikasih kamar yang bersebelahan dengan kamar yang kayak gitu, ya?

Sebelahnya, untungnya. Ada beberapa pemuda yang baru check-in juga setelah saya lihat.

Sayangnya, saya tidak mengabadikan penginapan selama saya di Malang, mungkin saya akan memasukkan beberapa foto yang berkaitan dengan cerita ini.

To be continued...

Selasa, 27 Mei 2014

Saat Impian Masih Menggantung: Grateful to The Fullest

"Bu, enu gak yakin kalau enu harus lama-lama kerja di Kalimantan, soalnya enu masih punya keinginan untuk ngambil S2" Curahan saya ke Ibu di saat santai

"Ya terus kamu kalau nggak ambil kerjaan itu, mau 'makan' umur terus?" jawab Ibu dengan membalikan pertanyaan

Beberapa dilema yang terus menghantui saya akhir-akhir ini seakan membuat fikiran bercabang ke mana-mana. Baik dan buruk, keinginan dan kebutuhan atau syukur dan tidak bersyukur. 

Ada beberapa langkah yang membuat saya tertinggal jauh dari teman-teman satu angkatan bahkan sahabat, mereka yang sudah melangkah pergi jauh mengejar impian, iya. Ini tentang mimpi. Bukankah mimpi dimiliki oleh setiap manusia? Hanya saja, dapatkah kita mewujudkannya? That's the point.

Mimpi manusia seakan terlihat muluk ingin ini, ingin itu, dan sayangnya banyak di antara mereka gagal dan sebagian lagi memperoleh mimpinya. Kembali lagi, apakah mereka tekun dan giat meraihnya. Tuhanpun memiliki andil dalam perwujudan mimpi-mimpi kita.

Pada persoalan saya di atas, saya sudah tidak banyak waktu lagi, mengingat umur sudah hampir memasuki seperempat abad, sudah saatnya memperoleh dan membahagiakan kedua orang tua, mengingat mereka bukan pejabat dengan bergelimang harta.  Ini untuk ketiga kalinya saya masuk dalam dunia kerja, mengingat dua perusahaan yang dulu, hanya batu loncatan dan satu di antara perusahaan tersebut ada yang tidak memberikan gajiku. Di perusahaan ketiga ini, harapan saya bisa menekuninya dengan baik, entah bagaimana caranya saya menginginkan melanjutkan sekolah ke jenjang Master atau tidak, saya sudah membuat rencana, yang saya perlu adalah menikmati terlebih dahulu dan belajar pula dari pengalaman yang terdahulu.

"Man proposes, but God disposes"

Perencanaan daftar mimpi yang telah saya buat, keinginan yang terlihat muluk, tapi tidak mau juga kalah dengan yang namanya mental-blocked adalah perwujudan yang masih dalam batas normal. Saya sudah memiliki rencana. Mumpung masih gratis menyusun impian itu, tidak ada salahnya selalu kita ingat kembali sebagaimana tujuan yang kita ingin capai. Bersyukurnya, satu dari impian saya itu terwujud. Ini nyata! Hanya saja, bagaimana saya harus mengucap syukur yang telah mentakdirkanNya.


"Then, which of the favors of your Lord, would you deny?" [Ar-Rahman: 78]

Tahap selanjutnya adalah naik 'tingkat'. Maksud tanda kutip yang saya berikan itu, adalah derajad yang mana menandakan bahwa saya menuju tingkatan yang lebih 'matang' atau tinggi. Bersyukur. Inilah tingkatan yang selalu saya pertanyakan. Kenapa? karena saya selalu melihat atau membandingkan segala sesuatu terhadap apa yang telah dicapai oleh orang lain, stop comparing your life with others. Ini bagai virus, menyebar dari keinginan yang menggebu-gebu, pada akhirnya tidak bisa menyamakan, gagal dan selalu tidak bisa mensyukurinya. Awalnya memang agar termotivasi, kenyataanya kapasitas saya belum cukup. Akhirnya, selalu menyesal dan terus mengeluh.

Bukan lagi saatnya bermain terus, saatnya bermain sambil berkarya, mengejar cita-cita dan impian demi menglahkan ego yang terus tidak pernah puas. Buktikan, ini sebagai pembalasan atas pengalaman yang terdahulu dan bisa jauh lebih baik. 

"But perhaps you hate a thing and it is good for you; and perhaps you love a thing and it is bad for you. And Allah knows, while you not" [Al-Baqarah: 216]

Meskipun, saya selalu beranggapan yang buruk tentang tempat saya akan bekerja nanti, nampaknya Dia telah menempatkan diriku untuk berada di sana agar saya lebih paham dan siap untuk mencintai hal yang tidak pernah saya ketahui lebih jauh sebelumnya. Ini bukan hanya pada masalah saat ini saya seperti ini, saat saya masuk ke jurusan perkuliahan pun, saya tidak pernah berucap syukur, namun di sanalah saya belajar lebih dalam tentang Ilmu Tanah dan berkeinginan untuk melanjutkan program Master dalam bidang Water, Earth, and Environtment Science atau Water, Energy and Environment Science di luar negeri tepatnya di negeri Kincir Angin, Belanda.

Balik lagi, untuk meraihnya adalah dengan usaha dan ketekunan. Pastinya pula ridho kedua orang tua kita. Sayangnya, untuk saat ini, percakapan yang telah saya lakukan dengan orang tua, belum merestuinya. Bukankah restu orang tua adalah restu Tuhan juga? Saya yakin, ini belum saatnya dan adakalanya akan merestui.
  

Senin, 26 Mei 2014

Malangku di Malang

Sebenernya, gak berat kok jadi jobseeker, sumpah, yang berat itu kalau nunggu kepastian dipanggil lagi atau kelar sampai di situ. Tapi, selama bisa dinikmati, gak masalah. Ini lagi seneng aja posting perjalan-perjalan yang menarik. Sebenernya banyak yang belum diceritain di sini, tapi nanti kalau masih mampu dan dikasih umur (halah) bakal ditulis, pastinya kalau masih inget juga.

'Ya masa, kalau lupa ditulis, hal apa yang mau diceritakan?'

'Bisa, Nu. Bisa, kamu inget-inget lagi, dong!'

'hmmm.....'

Biar sering jalan-jalan sendiri, tapi ada cerita yang bisa dibagi, gak melulu boring, kok. Sejak berani pergi-pergi sendiri dan dipaksa mandiri, jadilah seperti ini. Ada orang bilang kalau jalan-jalan sendiri itu membosankan. Gak juga. Contohnya saya, hasil jalan-jalannya menarik. Beneran loh....

Semenjak berstatus jobseeker sambil travel, saya mendeklarisikan diri sendiri sebagai jobseeking-traveler, yang intinya gagal jadi karyawan karena nggak lolos tes sana-sini, masih mujur dapet cerita konyol dan pasti teman. Lucunya, lama kelamaan males dan capek juga gak settle. Anggap belum rejekinya.

Malang,  Oktober 2013

di depan stasiun Malang
Entah tanggalnya saya lupa, namun ini adalah kali pertama saya datang mengunjungi kota Malang sendiri tanpa ada teman dan kerabat. Emang dari dulu punya keinginan buat jalan-jalan ke sini atau gak kalau beruntung bisa kerja di Malang, kesampaian juga deh meskipun cuma buat tes kerja dari PT Unilever.

Pagi-pagi sekali saya tiba di stasiun Malang, tanpa pakai itinerary tanpa banyak persiapan dan segala macamnya. Luntang-lantung nggak jelas mengamati stasiun ini, jelek. Dibanding dengan stasiun Cirebon, jauh perbedaannya. Meskipun kondisi stasiun yang begitu-deh, banyak turis domestik dengan tas gunungnya banyak ditemui di sini, semacam di film '5 cm' gitu. Mereka sedang menunggu angkutan yang akan membawanya hingga menuju Taman Nasional Semeru-Tengger.
Pendaki di depan stasiun Malang
Saya masih kebingungan juga pada saat itu, sambil mencari-cari penginepan bermodal gadget dan yang penting murah dan bisa tidur nyenyak. Tanpa panjang lebar saya memilih untuk berkeliling mencarinya dengan becak. Sebelumnya saya ditawari oleh bapak tukang becaknya " Mau pergi ke mana, mas?"

"hm..mau cari penginepan murah, pak. Kira-kira bapak bisa antar saya nggak?"

"oh, bisa, mas. Mau di daerah mana?" Sambil menyiapkan becaknya seraya bertanya kembali.

"Di deket-deket sini aja, pak. Gak usah jauh-jauh dari stasiun" karena memang saya tidak tahu daerahnya, saya mempercayakan kepada bapak tukang becaknya.

"Yaudah, mas. Mari .."

Pergi menggunakan becak ini karena menurut saya bisa sambil berkeliling dan santai. Sebenarnya si bapak tukang becak saat mengayuh berbicara tentang penginapan murah. Sambil tetap mencari juga lewat gadget, saya selalu meng-iya-kan apa yang bapak itu bicarakan. Jahat, ya? hehe...

Jahatnya saya, masih belum tega banget, kalau tahu saya dicurangi sama tukang becaknya, saya bisa lebih jahat. Tetapi karena saya mulai lelah, nanti saya lanjutkan bagian selanjutnya tentang Gairah Hotel Malang.

To be continued....




Kamis, 01 Mei 2014

Dimulai Dari Sini (Selamat Tinggal P. Jawa)

Nampaknya, gue harus menyekip atau memindahkan tulisan gue tentang sales ngenes ke file word. Karena enggak bisa gue ceritain di sini semua atau gue menuliskannya dulu di Ms. Word lalu meng-copas-nya ke sini. Bukan karena gue males menulisnya, karena gue mau ceritakan hal yang menurut gue lebih mendalam. Apa itu?

Oke, gue akan kasih tau, bukan ngasih cerita, ya... Eh, cerita dikit bolehlah, ya... Gak konsistem gue, ya? Biar!

Jadi, tadi gue yang agak telat nonton salah satu film terbarunya Ben Stiler yang judulnya The Secret Life of Walter Mitty. Entah, kenapa gue suka gitu sama quote-nya yang dipampang di perusahaan tempat dia kerja.

"to see the world, things dangerous to come to, to see behind walls, to draw closer, to find each other and to feel. That is the purpose of life"

Gue bukan bermaksud buat review film-nya. Jadi, kenapa gue tulis ini? Karena dalam beberapa waktu dekat, gue akan pergi ke tempat di mana akses internet, sinyal telepon seluler dan hingar bingar kota akan jarang terlihat.

Di mana, Nu?

Kalimantan.

Maklum, seorang lulusan sarjana pertanian yang gue dapet belom afdol kalau belum masuk hutan, kebun, atau mungkin rimba raya. Hehe...

Kalau hubungannya dengan kutipan itu dengan keadaan yang akan gur alami adalah bahwa hidup harus dihadapi seberapapun bahayanya dan sebisa mungkin kita untuk dapat merasakannya.
Gak mudah untuk pergi ke suatu tempat yang baru dalam jangka waktu yang entah berapa lama dan meninggalkan semua teman lama yang biasanya sering kita temui setiap hari, bahkan meninggalkan keluarga, orang yang kita cintai, dan masa kekanak-kanakan gue. Ini gak seberapa berat rasanya waktu gue hijrah dari kota Cirebon ke Jogja untuk menuntut ilmu, dengan bangganya masuk UGM dan teman-teman yang idealismenya sama di kampus.

Perjalanan setelah lulus kuliahlah yang membuat gue menjadi takut untuk melangkah lebih jauh, rasanya tanggungjawab yang gue akan terima bakal lebih besar, bukan lagi gue yang harus terus-terusan diberi jatah uang bulanan sama ortu semasa kuliah, namun gue harus memikirkan juga bagaimana bisa membalas kebaikan mereka.

Memang, gue gak pernah berfikir masuk pertanian dengan program studinya ilmu tanah dan menjadi petani, tapi kenapa harus disesali? Gue sendiri yang bisa nikmati hasilnya dan gue sendiri yang harus bisa melanjutkan cita-cita gue. Gak banyak lho orang yang mau masuk kuliah di fakultas pertanian, apalagi bidang studinya ilmu tanah? Kalau gue bisa bilang, "hidup itu bukan dijalani, tapi dinikmati"
Kalimantan? Terdengar seperti yang menakutkan saat pertama kali didengar oleh orang-orang. Katanya terkenal dengan ilmu hitamnya atau apalah.... Eits, gue niatnya di sana kerja, bukan untuk nyari musuh, gue juga masih pengen nyari ilmu, sesuai dengan cita-cita gue buat bisa lanjut ke jenjang Master di Wageningen University di bidang environment science.

Yah, begitulah info yang udah gue kasih dan sedikit cerita cita-cita di masa depan. Kalau kita hanya diam saja dan memilih-milih kerjaan dan keluar tanpa alasan jelas lalu buat apa kita punya mimpi namun hanya di alam bawah sadar saja? Wujudkanlah!
P.S
Untuk Ibu, Ayah, adik gue Farhan dan keluargaku semua yang banyak membantu gue, terima kasih sebesar-besarnya. Untuk sahabat Desti, Eriana, Iis, Agung, Belgys, Yusuf dan Hario, serta rekan-rekan gue termasuk Gumay dan yang gak bisa gue sebutin satu-satu, terima kasih atas tumpangan selama gue keliling ke tempat gue dipanggil tes kerja. I owe you so much, hope you guys are success and meet again!

Minggu, 02 Maret 2014

Tandem

Di minggu pertama gue ketrima kerja, rasanya excited karena emang jadi pengangguran gak enak, soalnya emang 'nyampah' nya kebanyakan daripada gunanya. Capek kalau setiap hari begitu doang, hidupnya monoton. 
Perjuangan banget kalau udah ketrima di salah satu perusahaan, deket dari domisili lo, gak usah ngurusin biaya kos, makan dan tetek bengek yang lainnya. Meski bukan passion gue jadi karena takut dicap nganggur dan dimakan umur juga, alhasil gue ambillah itu job. Meski bukan perusahaan yang bonafit dan gak bisa cepet jadi eksekutif muda. Syukuri deh tuh.
Perekrutannya emang gak lama dan pesaingnya pun gak banyak sih menurut saya, saat itu posisi yang ditawarkan adalah OMT alias Operation Management Talent. Weits...namanya ke-inggris-inggrisan, kan? Pasti nanti kerjaannya bakal keren, kalau orang awam belum tau, sih. Dengan embel-embel akan dijadikan pegawai tetap dan tanpa menahan ijazah. Sangat menjanjikan, bukan? Dan, tau gak itu bakal ngapain kerjaannya? benar, nyales alias menjadi sales distributor perusahaan yang iklannya ditempel PERINGATAN PEMERINTAH. 
Berbeda dengan sales yang biasanya, katanya di tempat gue kerja, jenjang karirnya itu cepat, dan mengalami rotasi setiap beberapa bulan. Tidak hanya disitu-situ aja. Yang bakal gue ceritain di sini adalah bagaimana tough-nya seorang sales dari awal hingga titik darah penghabisan. *hiperbola*
Di dunia seperti ini, gue emang harus cepet belajar, gak harus di-training lama hingga satu atau dua tahun, mengenal wilayah, karakteristik outlet beserta godaan-godaannya. Gue sering dapat omongan-omongan juga, kalau kerja sales itu keras, EMANG! Apalagi kalau udah bersaing antar kompetitor, jangankan kompetitor, dengan kawan sejawatpun terkadang bisa bentrok karena distrik yang blur.
Istilah tandem ini bisa dibilang terjun langsung ke lapangan mengikuti sales representative current-nya atau bisa disebut juga joint call. Kerjaannya pas tandem, ya merhatiin deh itu si SR-nya, lakuin apa aja, targetnya berapa, kadang SR-nya juga minta gue atau anak baru gantikan perannya. Nah loh?
Jujur, gue orang yang bukan pandai ngerayu ke outlet untuk menawarkan barang, kaku, dan gak terlalu supel bergaul. Tapi karena tuntutan peran dan gue digaji, let's enjoy the show!

Kamis, 20 Februari 2014

Sales ngenes

Oke, gue bakal nyritain, rasanya jadi  sales, sebagai intro. Gue akan bahas dalam waktu yang sesegera mungkin.